by Aprianus Doni Tolok - Espos.id News - Kamis, 2 Maret 2023 - 13:59 WIB
Esposin, JAKARTA--Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan ketakutan dunia saat ini adalah perubahan iklim.
"Bukan pandemi, bukan perang, tetapi yang lebih mengerikan dan ditakuti semua negara adalah perubahan iklim," ujarnya saat Pembukaan Rakornas Penanggulangan Bencana, Jakarta, pada Kamis (2/3/2023), dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
Menurutnya, perubahan iklim membuat frekuensi bencana alam mengalami kenaikan drastis. Bahkan, Indonesia menjadi negara tiga teratas paling rawan bencana.
"Negara kita [Indonesia] naik 81% frekuensi bencana alammya. Dari 2010, [tercatat] 1.945 bencana alam, lalu pada 2022 melompat jadi 3.544 bencana alam," ujarnya.
Jokowi menegaskan bencana yang dimaksud tidak hanya banjir, erupsi gunung api, maupun tanah longsor. Namun, termasuk gempa bumi yang kerap terjadi di Tanah Air.
Berkaca dari data tersebut, Kepala Negara meminta seluruh pihak terkait selalu siaga dan waspada terhadap risiko kebencanaan yang bisa terjadi kapan saja.
Jokowi menyebut ada tiga fase dalam penanganan kebencanaan yakni prabencana, tanggap darurat, dan pascabencana.
Menurutnya, saat ini Indonesia masih lebih banyak berkutat pada fase tanggap darurat yakni penanganan seusai bencana terjadi. Padahal, sambungnya, fase prabencana menjadi sangat penting.
"Saya lihat semua masih sibuk pada tahap tanggap bencana. Padahal, prabencana jauh lebih penting yaitu menyiapkan masyarakat, mengedukasi, dan memberikan pelatihan untuk langkah antisipasi. Ini harus jadi prioriotas," paparnya.
Dengan menggenjot edukasi masyarakat untuk siap menghadapi bencana, bagi Jokowi akan lebih efektif meminimalisasi jatuhnya korban jiwa saat musibah benar-benar terjadi.