news
Langganan

Tim KKN ITB Tumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Warga Desa Parungbanteng Purwakarta

by Brand Content  - Espos.id News  -  Senin, 30 September 2024 - 22:16 WIB

ESPOS.ID - Pembekalan materi tentang bisnis oleh tim KKN dari ITB kepada warga Parungbanteng, Purwakarta, Senin (12/8/2024).(Istimewa)

Esposin, SOLO — Pada umumnya, KKN atau kuliah kerja nyata hanya terfokus pada pembangunan dalam bentuk yang konkret seperti pembangunan jembatan, revitalisasi jalan raya, pembangunan penerangan jalan umum, pembangunan toilet umum, dan proyek infrastruktur yang bisa memajukan desa dalam berbagai aspek. 

Berbeda dengan KKN pada umumnya, KKN-D tematik Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan dampak pada aspek yang tidak berkaitan dengan infrastruktur. 

Advertisement

Menurut ketua Kelompok 1A KKN-D ITB, Yosephine, kelompoknya belum lama ini mengangkat tema bisnis dalam kegiatan KKN ITB kelompok 1A dan 1B di Desa Parungbanteng, Purwakarta, Jawa Barat.

Pemilihan tema ini dilatarbelakangi fakta bahwa Parungbanteng merupakan desa di Kabupaten Purwakarta yang dikenal dengan hasil buminya yang melimpah. Gula aren, beras, padi, jagung, kopi, dan hasil perkebunan lainnya merupakan hasil bumi Dusun 1 dan Dusun 2. Terdapat juga ikan sebagai komoditas dari Dusun 3 karena lokasinya yang berdekatan dengan Waduk Jatiluhur. 

Advertisement

"Gula aren yang melimpah dari desa ini menjadi sebuah mata pencaharian bagi berbagai warga desa. Petani nira, produsen gula aren, dan bandar menjadi pihak yang terlibat di dalam produksi gula aren," ujar Yosephine dalam keterangan tertulis. 

Hasil bumi seperti gula aren yang dihasilkan dari desa ini dijual ke luar desa sebagai sebuah komoditas mentah. Hal ini menjadi keresahan peserta kelompok 1A KKN-D ITB 2024 dengan tema bisnis karena kurangnya kesadaran warga untuk mengubah komoditas ini menjadi sebuah produk yang sudah diproses. 

Advertisement

"Keresahan ini kemudian menjadi motivasi sekaligus mimpi kelompok 1A KKN-D ITB 2024 untuk meningkatkan minat warga di Desa Parungbanteng dalam mengubah komoditas mentah seperti gula aren menjadi sebuah produk baru untuk meningkatkan pendapatan sekaligus membawa perubahan serta memantik jiwa kewirausahaan warga Parungbanteng dalam rangka mencapai misi sustainable development goals,"jelasnya. 

Yosephine menjelaskan, berbagai tantangan dihadapi oleh kelompok 1A KKN-D ITB untuk melaksanakan programnya. Dari segi infrastruktur, jalan di desa ini masih belum mumpuni untuk mobilisasi dengan cepat untuk distribusi sebuah produk. 

Kendala ini menghambat pertumbuhan desa karena sulitnya akses keluar maupun masuk ke desa. Kendala jaringan juga merupakan aspek yang menambah tantangan dalam implementasi program di Desa Parungbanteng. Sulitnya akses mobilisasi dan jaringan menjadi kendala dalam mencari segi akhir dari bisnis yaitu dalam mendapatkan konsumen dan distributor. Tantangan ini semakin sulit dengan limitasi waktu yang hanya dalam tiga pekan. Namun, semua kendala ini tidak menghalangi mahasiswa untuk mencapai mimpinya.

Sosialisasi

Dalam usaha untuk mewujudkan mimpi tersebut, peserta Kelompok 1A KKN-D ITB melakukan berbagai langkah strategis. Sosialisasi kepada warga dilakukan sebagai langkah pertama untuk meningkatkan wawasan dan minat warga terhadap jiwa kewirausahaan. Dua sosialisasi dilakukan di tiga kampung yang berbeda dan dihadiri lebih dari 300 warga Desa Parungbanteng. 

Sosialisasi pertama sukses dalam memperkenalkan serta menjelaskan tahapan untuk memulai bisnis kepada warga di Parungbanteng. Hulu sebuah bisnis menjadi fokus dari sosialisasi ini. 

Sosialisasi kedua dilakukan terpusat di Kampung Wangun Tonggoh sebagai salah satu produsen terbesar gula aren. Tema yang diusung dari sosialisasi ini terfokus kepada rantai pasok dan juga pemasaran. Sosialisasi kedua terfokus kepada hilir bisnis, yaitu bagaimana cara produk warga bisa sampai ke tangan konsumen. Sosialisasi ini dilakukan sembari dibagikan olahan produk gula aren kepada para warga Kampung Wangun Tonggoh.

“Kedua sosialisasi ini diharapkan bisa memperkenalkan bisnis kepada para warga dengan harapan bisa menjadi penyemangat dalam mengubah Desa Parung Banteng yang fokusnya hanya di komoditas sebagai produsen besar,” ucap Yosephine.

Sosialisasi ini, lanjutnya, hanyalah salah satu pilar pengembangan yang dilakukan oleh Kelompok 1A KKN-D ITB. Pengembangan usaha juga dilakukan di Desa Parungbanteng dengan membantu salah satu usaha roti dan selai sarikaya saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di balai desa. 

Terjual lebih dari 70 buah roti bakar dengan 10 lebih toples selai sarikaya yang dibeli oleh warga saat menghadiri perayaannya. Penjualan ini merupakan sebuah tahap awal untuk memasarkan produk selai sarikaya kepada para warga.

Pemberian ilmu bisnis tidak terpaku pada sosialisasi saja. Pemberian modul kepada para warga juga dilakukan sebagai panduan bagi mereka yang ingin membangun bisnis setelah implementasi. 

"Modul dengan judul "Potensi Usaha Pengolahan Gula Aren Menjadi Selai Sarikaya" memandu warga Parungbanteng untuk berbisnis dari titik awal produksi hingga sampai ke tangan konsumen. Materi yang diusung mengangkat konsep bisnis yang ada namun dijelaskan menjadi bahasa yang lebih sederhana. Modul ini diharapkan untuk membantu warga dalam membuat sebuah usaha untuk meningkatkan pendapatan mereka," jelas Yosephine.

Dia mengatakan, Kelompok 1A KKN-D ITB juga berhasil membina salah satu warga Parungbanteng untuk membuka usaha selai sarikaya. Sebagai langkah awal, warga tersebut turut berjualan roti bakar dan selai sarikaya di acara penutupan KKN ITB, di mana seluruh hasil penjualannya akan diberikan kepada warga sebagai modal awal untuk mengembangkan usaha mereka ke depannya. 

Selain itu, penjualan selai sarikaya ini juga diperluas dengan cara menghubungkan warga Desa Parungbanteng dengan warga luar desa, dengan mencari pelanggan dari warung-warung di sekitar Kota Purwakarta. Melalui inisiatif ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian warga sekaligus memantik semangat kewirausahaan di Desa Parungbanteng.

“Enak selainya teh, ternyata gampang juga ya buatnya kayak buat dodol. Saya jadi tertarik untuk membuatnya,” ucap salah seorang ibu rumah tangga dari Kampung Wangun Tonggoh.

Dengan kolaborasi bersama Kelompok 1B, Kelompok 1A juga mengenalkan produk olahan gula aren, yaitu selai sarikaya gula aren dan sirup gula aren. Pengenalan ini dilakukan dengan pengadaan demonstrasi pembuatan kedua produk olahan gula aren tersebut. Sosialisasi tersebut menuai tanggapan positif dari warga yang menghadirinya. 

“Saya jadi kepikiran untuk jualan sendiri, apalagi saat sedang ramai-ramainya seperti Lebaran,” ujar Jajang selaku Ketua RW 09 dari Kampung Wangun Tonggoh.

Dengan bimbingan dari Kepala Program Studi Kewirausahaan SBM ITB, Sonny Rustiadi, Kelompok 1A KKN-D ITB telah mencapai semua tujuan yang telah dikemukakan dalam proposal untuk implementasi. 

“Satu percikan kecil sebagai katalis perubahan,” merupakan kalimat Sonny yang membekas dalam semua program dan kegiatan Kelompok 1A KKN-D ITB.


Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif