by Redaksi - Espos.id News - Rabu, 7 Desember 2011 - 17:36 WIB
"Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik,ekonomi, politik dan sebagainya. Sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan," katanya saat memberikan sambutan dalam pembukaan Kongres XX Persatuan Tamansiswa di Jogja, Rabu (7/12/2011). Menurut Sultan, saemua pihak harus menghargai kehadiran Tamansiswa yang mengajarkan asas keseimbangan , antara intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi yang lain. "Maksudnya agar dalam perkembangan setiap diri anak didik itu tercipta keseimbangan antara kecerdasan dan kepribadian," katanya.
Sementara itu, keluarga besar Tamansiswa memberikan penghargaan tinggi kepada pemerintah yang menyatukan kembali urusan pendidikan dengan urusan kebudayaan dalam satu koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Ki Tyasno Sudarto mengatakan, dengan kembalinya urusan kebudayaan tersebut Tamansiswa berharap di masa mendatang pendidikan karakter yang selama ini bagai anak hilang akan kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Menurut dia, Tamansiswa yang didirikan 3 Juli 1922 sebagai Perguruan Kebangsaan tetap konsisten dengan pendidikan karakter wawasan keindonesiaan. Bangsa yang kuat di mana pun pasti memulainya dengan penguatan karakter ciri khas bangsanya, sehingga mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia. "Format pendidikan karakter bagi generasi Indonesia harus bertumpu kepada falsafah negara Pancasila yang telah mengakar di hati rakyat negeri ini," katanya.
Sementara itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Taufiq Kiemas yang membukan kongres mengatakan, Tamansiswa sejak awal berdiri telah membangkitkan solidaritas dan mendorong kesadaran kebangsaan sehingga membentangkan jalan bagi kemerdekaan Republik Indonesia. Kiprah Perguruan Tamansiswa di berbagai daerah di seluruh Indonesia, kata dia, sulit untuk disangkal telah memberikan sumbangsih besar dalam mendorong kesadaran berbangsa.
Di sisi lain, kepeloporan Perguruan Tamansiswa tidak bisa dilepaskan dari sosok Ki Hajar Dewantara yang merupakan sosok inspiratif yang patut diteladani. "Karena berkat pikiran dan jasanya dalam bidang pendidikan, kini seluruh warga negara Indonesia merasakan betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.
Menurut dia, pendidikan yang dirintis Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidikan yang bertujuan membangun wawasan kebangsaan, mampu melampaui batas-batas etnisitas, agama, dan golongan. "Visi itulah yang kemudian dapat membentuk nasionalisme.Di sinilah arti pendidikan sebagai jembatan emas bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa," katanya.
Kongres yang dijadwalkan berlangsung hingga 9 Desember 2011 memiliki agenda utama memilih pengurus baru Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa periode 2011-2016.
JIBI/SOLOPOS/Ant