news
Langganan

Ragam Etnis dan Budaya Internasional Bersatu di IICF UKSW 2024

by Brand Content  - Espos.id News  -  Kamis, 11 Juli 2024 - 12:48 WIB

ESPOS.ID - Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak.berkunjung ke salah satu stand etnis, K’MPLANG Komunitas Mahasiswa Perantauan Lampung di Kota Salatiga, dalam Tour Budaya IICF 2024 di lapangan sepak bola UKSW.(Istimewa)

Esposin, SALATIGA — Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dipenuhi warna-warni kekayaan budaya dalam acara bergengsi tahunan kampus, Indonesian International Culture Festival (IICF) 2024.

Tour Budaya IICF 2024 berlangsung selama dua hari hingga Selasa (9/7/2024). Setelahnya, rangkaian acara ini ditutup dengan perayaan pesta meriah pada Rabu (10/7/2024).

Advertisement

Melalui Senat Mahasiswa Universitas (SMU), keragaman budaya dari 21 etnis di Indonesia dipamerkan untuk khalayak umum dalam rangkaian acara Tour Budaya IICF 2024 bertemakan “Bersatu Untuk Indonesia”.

Berlangsung meriah di lapangan sepak bola UKSW, Senin (8/7/2024), Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak., berkesempatan membuka acara dan memberikan sambutan terhangat. Dalam sambutannya, ia menyampaikan IICF merupakan bagian dari perjalanan UKSW untuk menjadi World Class University (WCU) yang mengakar kuat.

“Kita bersuara pada dunia bahwa dari budaya, kita bisa membangun jati diri bangsa ini menjadi insan-insan yang memiliki prestasi unggul tanpa melupakan budaya yang kita miliki,” ucapnya.

Advertisement

Rektor Intiyas tidak ketinggalan berpesan kepada seluruh civitas academica, untuk semakin mendekatkan diri kepada daerah di mana mereka berpijak, lahir, dan bertumbuh, baik itu tanah air Indonesia dan dunia.

Dia mengajak agar anak-anak muda para generasi penerus bangsa untuk peduli pada budaya dan menggunakan budaya sebagai bagian dari pembangunan yang berkelanjutan, khususnya dalam menjawab penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) ke-16 yaitu Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang tangguh.

Senada dengan pernyataan tersebut, perwakilan Sekretariat Daerah Salatiga, Asisten Bidang 3 Administrasi Muhammad Sidqon Efendi, S.Si.T., MT., menilai IICF sebagai salah satu wadah untuk memantik kesadaran masyarakat dalam merawat budaya dan toleransi persatuan.

Lebih lanjut, ia mengutarakan sebagai Kampus Indonesia Mini, UKSW terbukti tidak hanya mengedepankan prestasi akademik semata namun juga menjadi tempat untuk menyemai toleransi yang mendukung pengukuhan Salatiga sebagai kota toleransi di Indonesia.

Advertisement

“Mari kita memanfaatkan momentum IICF 2024 untuk mempererat persatuan dan sebagai sumber kekuatan bagi kota untuk saling menghargai perbedaan,” tuturnya melalui sambutannya.

Tour Budaya dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan Rektor Intiyas ke setiap stand etnis. Dalam acara ini, ia didampingi oleh Ketua IICF 2024 Angelina Dityaprastiani Barapadang; Wakil Rektor Bidang Pengajaran, Akademik, dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc., serta Direktur Direktorat Kemahasiswaan Giner Maslebu, S.Si., S.Pd., M.Si.

Selain itu juga hadir Kapolsek Salatiga, Komandan Kodim 0714/Salatiga, Komandan Korem 073/Makutarama, Kepala Satpol PP Salatiga, Dinas Lingkungan Hidup Salatiga, dan Dinas Pendidikan Salatiga.

Lintas Budaya

Seolah diajak berkeliling Indonesia, wawasan setiap pengunjung akan keragaman budaya Indonesia kian diperluas dalam acara yang berlangsung sejak pagi hingga malam hari ini. Di bawah naungan tenda-tenda megah dan dekorasi tradisional, ratusan pengunjung dapat mengamati, berinteraksi, bahkan mencicipi aneka hidangan khas daerah.

Tidak hanya itu, sajian keragaman budaya dalam bentuk penampilan lagu daerah, musik dan tarian, kuliner maupun aksesoris serta atribut daerah lainnya, menjadikan IICF sebagai wadah untuk merawat warisan budaya daerah yang mendukung SDG’s 11 Sustainable Cities and Communities dalam indikator merawat warisan budaya lokal, regional maupun budaya nasional.

Advertisement

Salah satunya yaitu bersama kelompok etnis PATOMEN: Parurukat Togat Mentawai. Berasal dari gugusan pulau jauh di daerah Sumatera Barat, Deesti Marnida Sakerebu selaku salah seorang anggota etnis, dengan bersemangat menceritakan sebagian dari budaya khas daerahnya seperti rumah tradisional bernama Uma, kuliner khas subbet yang berbahan dasar keladi, hingga aksesoris pakaian tradisional berbahan manik-manik berupa kalung bernama inu dan ikat kepala bernama luat.

Tidak kalah menarik perhatian, yaitu lukisan pada tubuh yang mendukung penampilan Deesti dalam busana khas daerahnya. Ia menjelaskan lukisan tubuh tersebut menggambarkan budaya Tato Mentawai.

“Bentuk tato dapat menggambarkan capaian hasil buruan. Sedangkan bentuk lainnya yang umum digunakan, memiliki makna kesuburan yang dipercaya dapat menjaga diri dari roh-roh jahat,” terangnya.

Pada kelompok etnis lainnya, K’MPLANG: Komunitas Mahasiswa Perantauan Lampung di Kota Salatiga, mengajak pengunjung untuk mengenal permainan khas daerah Lampung.

Advertisement

Anggota etnis, Risky Eben Sitorus, memperkenalkan cara permainan pidak yang menggunakan buah karet. Di mana jika dua buah karet yang kemudian ditumpuk dan dipukul berakhir pecah, maka bermakna kekalahan.

Selain kelompok etnis, IICF 2024 juga dimeriahkan dengan hadirnya stand eksternal yang diantaranya membawa kebudayaan internasional. Bekerja sama dengan Direktorat Kerja Sama (Diker) UKSW, dibuka stand kebudayaan Korea dan Jepang yang turut mendapat pendampingan langsung oleh warga negara asli masing-masing negara. Selain itu juga terdapat stand Karawitan, SMP Kristen 2 Salatiga, Linnaaw, Pelangi Nusantara, dan Limitless Learning Center.

Antusiasme, kepuasan, dan kebahagiaan atas pelaksanaan Tour Budaya IICF 2024 dirasakan para peserta. Tidak ketinggalan bagi Lisa Schneider, mahasiswa asal Jerman yang baru saja bergabung dalam Program Intensif Belajar Bahasa dan Budaya Indonesia (PIBBI) di UKSW tahun ini. Ia mengapresiasi pihak kampus yang telah mengakomodasi mahasiswanya untuk merayakan keberagaman.

“Acara ini sangat keren. Di Jerman tidak ada banyak ragam budaya seperti di sini, jadi saya belajar banyak hal dan tertarik untuk mengenal hal-hal baru ini,” katanya.

Respons positif juga disampaikan mahasiswa Program Studi S1 Hubungan Masyarakat, Fakultas Teknologi Informasi UKSW, Grace Aprilydia Sinaga. Ia berpendapat bahwa IICF 2024 terlihat megah dan mewah, baik secara visual dan substantif.

 

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif