by Brand Content - Espos.id News - Sabtu, 20 Juli 2024 - 22:30 WIB
Esposin, SALATIGA — Lima mahasiswa Program Studi (Prodi) Doktor Studi Pembangunan (DSP) Fakultas Interdisiplin (FId) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), dinyatakan lulus dalam Yudisium dan Promosi DSP, Rabu (17/7/2024).
Berlangsung di Ruang Probowinoto Gedung G UKSW, kelulusan ini menandai bertambahnya jumlah doktor yang lulus dari Prodi DSP UKSW menjadi sebanyak 84 orang.
Kelima promovendus tersebut yaitu Stepanus Makambombu, Danny Wibowo, Dominggus Alexander Agusto Rupiassa, Petrus Christian Mboeik, dan Anton Petrus Weliand Nomleni. Kelimanya dinyatakan layak menyandang gelar doktor dengan predikat Terpuji dan Sangat Memuaskan.
Dalam upacara yudisium ini, setiap promovendus berkesempatan menyampaikan disertasi penelitiannya di hadapan para promotor, ko-promotor, dan penguji yang hadir yaitu Prof. Daniel D. Kameo, Ph.D., Dr. Royke R. Siahainenia, Dr. Wilson M.A. Therik, Pdt. Izak Lattu, Ph.D., Dr. Sri Suwartiningsih, Titi Susilowati Prabawa, Ph.D., dan Prof. Dr. Gatot Sasongko. Dalam kesempatan ini turut hadir penguji eksternal yaitu Dr. Posma Sariguna Hutasoit dari Universitas Kristen Indonesia.
Dalam upacara yudisium ini, setiap promovendus berkesempatan menyampaikan disertasi penelitiannya di hadapan para promotor, ko-promotor, dan penguji yang hadir yaitu Prof. Daniel D. Kameo, Ph.D., Dr. Royke R. Siahainenia, Dr. Wilson M.A. Therik, Pdt. Izak Lattu, Ph.D., Dr. Sri Suwartiningsih, Titi Susilowati Prabawa, Ph.D., dan Prof. Dr. Gatot Sasongko. Dalam kesempatan ini turut hadir penguji eksternal yaitu Dr. Posma Sariguna Hutasoit dari Universitas Kristen Indonesia.
Dominggus Alexander Agusto Rupiassa lulus dengan disertasinya berjudul “Kokorov: Komunikasi dan Resiliensi Suku Kuri dalam Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Kaimana”. Membawakan topik unik, ia memperkenalkan bentuk komunikasi tradisional berupa gelang berbahan serat kayu bernama Kokorov dan kaitannya dalam ajang pemilihan partai politik.
Mengandalkan pendekatan etnografi, Dominggus menemukan tradisi tersebut sebagai proses ritual bersifat lisan yang telah mengakar kuat pada masyarakat adat. Kemajuan zaman dan kepentingan politik lantas menimbulkan pergeseran makna tradisi sebagai surat tradisional menjadi surat politik. Hal ini, lebih lanjut ia sampaikan, berpengaruh dalam pembangunan berkelanjutan masyarakat Papua dan mengharapkan tidak terjadinya kerusakan pada alam, budaya, dan tradisi yang telah dihidupi.
“Dengan kehadiran budaya baru yang baik, maka NTT bisa beralih dari ramah stunting menjadi provinsi yang kebal stunting,” ujarnya.
Anton Petrus Weliand Nomleni, tidak ketinggalan juga memaparkan disertasinya yang menyoroti fenomena sosial di NTT. Melalui penelitiannya berjudul “Penyeludupan dan Perdagangan Ilegal (Smuggling and Illegal Trading) di Sabuk Merah Sektor Timur dan Sektor Barat Perbatasan Indonesia-NTT-Republik Demokrat Timor Leste (RDTL)”, ia mengemukakan latar belakang dan praktik perdagangan ilegal oleh masyarakat di area perbatasan Indonesia ini ke dalam 3 artikel berbeda.
Melalui ketiga artikelnya, Anton menyimpulkan bahwa kesulitan untuk menemukan mata pencaharian yang layak dan legal di tengah kebutuhan yang tinggi serta perbedaan harga, menjadi motif aktivitas ilegal oleh masyarakat lokal tersebut. Percepatan perwujudan zona perdagangan bebas oleh pemerintah dan pengembangan pasar tradisional, kemudian menjadi sebagian dari solusi yang ditawarkannya demi mereduksi aktivitas ilegal dan mendukung potensi lokal.
Di sisi lain, ketahanan pangan menjadi isu yang diangkat Stepanus Makambombu dalam disertasinya berjudul “Gerbang Hilu Liwanya dan Otonomi Pangan di Ekologi Sabana: Kajian Kebijakan Ketahanan Pangan di Indonesia Studi Kasus di Sumba Timur”.
Sebagai seorang peneliti di Stimulant Institute Sumba yang telah banyak menghasilkan penelitian berkaitan dengan isu ketahanan pangan, kali ini Stepanus menyoroti perbedaan strategi dalam kebijakan pemerintah untuk menghadapi isu tersebut. Menurutnya, kebijakan yang tepat adalah dengan tidak mengabaikan potensi pangan lokal.
Sedangkan Danny Wibowo, membawakan disertasi berjudul “Strategi Pengusaha Mempertahankan Keberlangsungan Usaha di Flores Timur”. Penelitian oleh pria yang telah berkecimpung dalam perpajakan selama kurang lebih 34 tahun ini, menemukan bahwa keberlangsungan usaha dipengaruhi oleh 3 hal dasar yaitu pemanfaatan sumber daya, strategi Pengusaha Kena Pajak (PKP), dan pertimbangan resiko.
Berbangga atas pencapaian kelima promovendus, Dekan FId sekaligus Ketua Prodi DSP, Prof. Daniel D. Kameo, Ph.D., dalam sambutannya mengucapkan selamat atas kesuksesan mereka sehingga mampu menempuh proses pembelajaran dan penelitian di Prodi DSP. Ia menyampaikan tema beragam yang dibawakan dalam yudisium kali ini, menunjukan luasnya cakupan pembelajaran studi pembangunan dalam mendukung pengembangan nasional.
Harapan tulus juga ia sampaikan kepada para doktor baru. “Saya berharap dimanapun kalian berada, kalian bisa berdampak pada dunia,” ucapnya.
Sejalan dengan nilai-nilai UKSW yang mengedepankan kreativitas berdaya dampak, hasil penelitian kelima doktor ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata akademisi bagi pencapaian Sustainable Deveopment Goals (SDGs) Indonesia.
Acara ini turut dihadiri oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT, Ir. Emelia Julia Nomleni. Berkesempatan memberi sambutan, ia berpesan agar kelima doktor dapat meneruskan semangatnya dalam menghasilkan lebih banyak penelitian. Selain itu juga mampu mengimplementasikan ilmunya bagi masyarakat luas.