news
Langganan

Indonesia Sukses Turunkan Stunting hingga 9,63% pada 2018-2023

by Newswire  - Espos.id News  -  Rabu, 4 September 2024 - 19:15 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi selamatkan bayi dari bahaya stunting. (freepik)

Esposin, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menyatakan bahwa Indonesia berhasil menurunkan angka stunting atau terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan balita sebesar 9,63% selama lima tahun ke belakang (2018-2023).

"Prevalensi stunting di Indonesia telah mengalami penurunan sebesar 9,63% dalam lima tahun terakhir, dari 30,8% di tahun 2018 menjadi 21,5% di tahun 2023 berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI)," kata Muhadjir dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Penurunan Stunting di Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Advertisement

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, prevalensi stunting pada 2018 sebesar 30,8%, kemudian turun menjadi 27,7% di tahun 2019, dan di tahun 2020 pengukuran ditiadakan karena pandemi Covid-19.

Pada2021, pengukuran kembali dilakukan dengan prevalensi stunting yang kembali menurun sebesar 24,4%, lalu di tahun 2022 sebesar 22,6%, dan di tahun 2023 sebesar 21,5%.

Advertisement

Pada2021, pengukuran kembali dilakukan dengan prevalensi stunting yang kembali menurun sebesar 24,4%, lalu di tahun 2022 sebesar 22,6%, dan di tahun 2023 sebesar 21,5%.

Muhadjir mengemukakan, di tahun 2024, pemerintah berkolaborasi untuk memadankan data SKI dengan hasil pengukuran serentak di seluruh posyandu yang tercatat pada sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), di mana hasil sementara dilaporkan sebesar 18,7%.

"Jadi memang ada perbedaan angka, kalau menurut SKI tahun 2023 itu 21,5%, dan berdasarkan EPPGBM serempak bulan Juni kemarin yang diikuti sekitar 96% dari 17 juta balita yang terdata di EPPGBM, yakni mereka yang mengalami masalah gizi, berpotensi masalah gizi, mulai dari gizi buruk sampai stunting itu jumlahnya 18,7%, artinya berarti di bawah 20%," paparnya.

Advertisement

"Akan tetapi hasil final nanti akan kita tunggu, survei bulan September ini yang dilakukan oleh Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), kita membutuhkan bantuan dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk memastikan agar surveinya bisa lebih baik," ujar dia sebagaimana dilansir Antara.

Ia juga mengemukakan, pada 2023 terjadi pelambatan program penurunan stunting menjadi 21,5% karena pemerintah memutuskan untuk melakukan evaluasi dan pembaruan data kelompok sasaran, sehingga semua balita dan ibu hamil dapat terdata dengan akurat, agar intervensi yang diberikan menyasar seluruh kelompok sasaran.

"Inilah yang menjadi pertimbangan kenapa kita harus terus memperbaiki mulai dari intervensi maupun hasil intervensi, sekaligus juga pendataan. Pendataannya harus lebih akurat, baik dari sisi jumlah maupun status dari balita itu sendiri," ucapnya.

Advertisement

Ia menegaskan, Pemerintah terus berupaya dalam penurunan stunting secara masif, di antaranya dalam dua tahun terakhir melakukan pemenuhan kebutuhan alat antropometri terstandar ke seluruh posyandu dan alat ultrasonografi atau USG untuk ibu hamil di tingkat puskesmas, serta pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil yang telah dilakukan di seluruh daerah.

"Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas kerja sama seluruh jajaran, baik pemerintah daerah maupun tenaga-tenaga relawan dan pendamping yang telah bekerja keras untuk melakukan kegiatan (penurunan stunting) secara maksimal," tuturnya.

Advertisement
Chelin Indra Sushmita - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Kata Kunci : Stunting Menko Pmk
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif