news
Langganan

Dua Guru Besar UKSW Raih Penghargaan ADI, Buktikan Kualitas di Kancah Global

by Brand Content  - Espos.id News  -  Kamis, 5 September 2024 - 15:35 WIB

ESPOS.ID - Dua guru besar UKSW Salatiga, Prof. Dr. Kristoko Dwi Hartomo, S.Kom., M.Kom., penerima Best Researcher Award dan Prof. Hindriyanto Dwi Purnomo, S.T., M.IT., Ph.D., sebagai Best Reputable Publication Award.(Istimewa)

Esposin, SALATIGA — Dua dosen berhasil mengharumkan nama Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dengan meraih prestasi membanggakan.

Dalam sebuah kolaborasi dengan International Islamic University Malaysia, dua dosen ini mendapatkan penghargaan dari Indonesian Lectures Association atau Asosiasi Dosen Indonesia (ADI).

Advertisement

Kedua dosen tersebut adalah Prof. Dr. Kristoko Dwi Hartomo, S.Kom., M.Kom., yang mendapatkan penghargaan Best Researcher Award dan Prof. Hindriyanto Dwi Purnomo, S.T., M.IT., Ph.D. dengan penghargaan sebagai Best Reputable Publication Award.

Keduanya mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas penghargaan yang berhasil diraih saat diwawancarai secara daring, baru-baru ini.

Bagi Prof. Kristoko, menyandang predikat sebagai peneliti terbaik adalah penghargaan yang sangat berarti. Perjuangan menjadi seorang peneliti dimulainya sejak tahun 2008, dan setiap tahunnya dosen Fakultas Teknologi Informasi ini mendapatkan hibah dari Kementerian Pendidikan. Dari penelitian yang dilakukannya, Guru Besar bidang Ilmu Komputer ini juga sudah banyak menghasilkan produk inovasi dan memberikan dampak bagi lembaga, pemerintah daerah, dan juga nasional.

Advertisement

“Tentu artinya sangat besar karena berarti perjalanan saya sebagai peneliti selama ini mendapat apresiasi. Ini milestone saya dengan mendapatkan penghargaan best researcher ini. Menjadi tonggak baru dan tentunya memotivasi saya untuk lebih baik ke depan, membuktikan bahwa penghargaan ini pantas untuk saya dapatkan,” kata Prof. Kristoko yang tahun ini masuk menjadi penerima Pendanaan Program Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat untuk skema penelitian terapan dan skema penelitian pascasarjana disertasi doktor.

Sementara itu, Prof. Hindriyanto menyebut penghargaan yang diraihnya menjadi bukti bahwa kinerja penelitian dan publikasi yang dilakukannya diakui dan diterima oleh komunitas ilmiah. Bagi Guru Besar bidang Ilmu Teknik Elektronika dan Informatika ini, pencapaiannya tidak lepas dari fase karier dosen yang telah dilewatinya.

“Tentunya komitmen dan kerja keras selama ini menjadi modal utama dalam pencapaian ini. Semoga hal ini bisa meningkatkan motivasi bagi diri sendiri maupun rekan-rekan yang lain untuk berkarya lebih baik lagi,” kata Prof. Hindri dalam rilis UKSW.

Disebutkan, Hidriyanto juga menjadi penerima Pendanaan Program Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun Anggaran 2024 untuk skema penelitian fundamental reguler.

Suka Duka

Penghargaan yang didapatkan tentu diraih bukan tanpa kerja keras. Suka duka juga dialami dua guru besar ini. Bagi Prof. Kristoko yang juga Kepala Departemen Sistem Informasi ini lebih banyak merasakan suka dibanding duka.
Advertisement

Pengaturan waktu yang ketat disampaikannya menjadi tantangan tersendiri agar luaran riset dapat tercapai. Namun sebagai dosen, penelitian menjadi salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

“Sebagai Guru Besar, tanpa ada riset yang mumpuni, publikasi yang bereputasi, tentunya gelar Guru Besar tidak bisa saya dapatkan. Mendapatkan ilmu baru, mendapat intensi, memberikan dampak kepada masyarakat, itu suatu suka yang luar biasa,” kata Prof. Kristoko yang memiliki fokus penelitian di bidang kecerdasan buatan atau AI.

Selain itu, dirinya juga bersyukur karena penelitian yang dilakukannya tidak berhenti di jurnal-jurnal Internet, tetapi sampai pada penerapannya di masyarakat.

“Salah satu penelitian saya, Early warning System (EWS) bencana alam sudah diserahterimakan kepada pemerintah Kota Salatiga dan dipakai di Boyolali. Saya kira itu menjadi suatu hal yang luar biasa dan sukacita yang luar biasa bagi saya,” ujar Prof. Kristoko.

Advertisement

Bagi Prof. Hindri, hal serupa juga dirasakannya. Disampaikan lulusan Ph.D., dari Chung Yuan Christian University Taiwan ini dalam melakukan penelitian akan merasa senang jika hasil penelitiannya sesuai dengan apa yang diharapkan dan harus memutar otak untuk menemukan kendalanya dan menyelesaikan supaya target waktu bisa tercapai. Selesai meneliti, perjalanan masih panjang karena riset perlu didiseminasikan ke public melalui jurnal, conference, dan juga forum ilmiah lainnya.

“Tidak jarang ketika men-submit artikel yang didapatkan adalah penolakan sehingga harus memperbaiki lagi penulisan artikel ilmiahnya. Proses ini membutuhkan waktu panjang dan kesabaran,” paparnya.

Buah dari kerja keras dan kesabaran Prof. Hindriyanto, sudah banyak penelitiannya yang lolos ke jurnal bereputasi, dalam dan luar negeri.

Dari data scopus, dosen yang saat ini menjabat sebagai Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ini telah memiliki 58 artikel terindeks scopus dan ada 20-an di antaranya yang masuk ke jurnal internasional bereputasi.

Advertisement

Tak hanya itu dengan jumlah sitasi 340, ada 302 artikel lain yang terindeks scopus yang memakai artikel Prof. Hindri sebagai salah satu referensinya. Tidak mengherankan Prof. Hindri menyandang predikat sebagai Best Reputable Publication Award.

“Bukan jumlah yang besar, tapi not too bad lah,” katanya.

Tidak berhenti dengan mendapatkan penghargaan, kedua Guru Besar kebanggaan UKSW ini juga ingin menginspirasi rekan sejawat dan juga mahasiswa-mahasiswanya. Prof. Hindri mengatakan, sebagai seorang akademisi meneliti dan melakukan publikasi adalah salah satu tanggung jawab yang perlu dilakukan.

“Supaya tidak merasa berat, perlu belajar untuk menyukai penelitian dan melakukan publikasi. Jika hal ini dilakukan secara konsisten, pasti pencapaian-pencapaian lain akan mengikuti. Memang menjadi dosen itu pekerjaan yang butuh waktu lama untuk bisa merasakan ‘nikmat’nya, jadi memang harus sabar dalam mengikuti prosesnya, tidak bisa instan,” jelasnya.

Tips lain juga diberikan Prof. Kristoko, yaitu pertama dulu harus memiliki fokus atau konsentrasi, hendak mendalami bidang apa.

“Harus kuasai dulu fundamental sampai penerapannya ke mana dikuasai dulu. Setelah punya fokus dan kompetensi di bidangnya, mengikuti pelatihan terkait pengajuan dana hibah eksternal lalu berusaha semaksimal mungkin, membuat sebagus mungkin dan di submit. Kemudian tadi, endurance. Kalau ditolak sekali dua kali, jangan menyerah. Terus perbaiki hingga pada akhirnya, yakin deh, saat kita sudah menemukan tips dan triknya, pasti akan didanai,” jelasnya.

Advertisement

Untuk para mahasiswa, Prof. Kristoko menyampaikan bahwa mahasiswa- mahasiswa yang dilibatkan sebagai asisten termasuk mahasiswa bimbingan, diajarkannya bagaimana meneliti dengan baik, menganalisis persoalan, menulis jurnal, turun ke lapangan.

“Mereka jadi punya kompetensi untuk melakukan penelitian, dapat mengikuti jejak kami dan tentunya mahasiswa dapat terus belajar, fokus pada satu titik, satu rumpun ilmu,” katanya.

Prof. Hindri menambahkan setiap orang diciptakan untuk suatu pekerjaan atau peran tertentu.

“Karena itu, kenali peran kita dan lakukan dengan sungguh-sungguh, karena itu adalah salah satu bentuk tanggung jawab kita terhadap Sang Pencipta. Mungkin akan butuh waktu untuk bisa mengenali peran kita, tetapi itu sepadan untuk dilakukan,” tegasnya.

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif