by Akhmad Ludiyanto Chrisna Chaniscara Ponco Suseno - Espos.id News - Selasa, 9 November 2021 - 08:53 WIB
Esposin, SOLO – Seorang warga Desa Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Sudarto, 65, meninggal dunia dalam bencana longsor, Minggu (7/11/2021).
Harian Solopos edisi Selasa (9/11/2021) mengusung headline terkait jatuhnya korban jiwa di awal musim hujan di Karanganyar.
Seorang warga Desa Puntukrejo, Sudarto, 65 meninggal dunia dalam bencana longsor di Ngargoyoso itu. Sebelumnya, Sudarto sempat dilarikan ke puskesmas terdekat dan langsung dirujuk ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.
Baca Juga: Innalillahi, 1 Warga Meninggal Akibat Longsor di Ngargoyoso Karanganyar
Baca Juga: Innalillahi, 1 Warga Meninggal Akibat Longsor di Ngargoyoso Karanganyar
Korban lalu dilarikan ke RSUD dr. Moewardi, Solo. Belum lama dirawat di rumah sakit tersebut warga Dusun Genengrejo ini meninggal dunia. Kepala Desa Puntukrejo, Suparno, mengatakan Sudarto memang mengalami luka di lengan kiri akibat terkena reruntuhan bangunan rumahnya. Namun Sudarto juga memiliki riwayat penyakit diabetes.
“Pak Darto memang luka lengan kirinya karena kejatuhan batu material bangunan pas longsor tapi dia juga dalam kondisi sadar. Dia juga punya riwayat penyakit gula, jadi kami kurang tahu penyebab meninggalnya,” ujarnya Senin (8/11/2021). Di halaman Soloraya, Harian Solopos mengangkat headline terkait kegiatan seni yang bisa diselenggarakan di Terminal Tirtonadi Solo.
Baca Juga: Ada Convention Hall Megah di Terminal Tirtonadi Solo, Ini Fasilitasnya!
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, terpukau dengan kemegahan dan fasilitas di Terminal Tirtonadi Convention Hall. Hilmar tak menyangka komponen transportasi, seperti terminal dapat memiliki fasilitas ciamik untuk menggelar ajang musik akbar seperti SKF. Hal itu disampaikannya di sela-sela menghadiri pertunjukan hari pertama SKF, Minggu (7/11/2021) malam.
Hilmar mengaku sempat heran saat mengetahui SKF digelar di Terminal Tirtonadi. “Kok, terminal ada gedung pertunjukan. Tapi, setelah tiba di sini, ternyata luar biasa,” ujar dia.
Sementara itu, di halaman Klaten, Harian Solopos menyajikan headline terkait bangkrutnya sebuah pabrik garmen sebagai imbas adanya pandemi.
Informasi vang dihimpun Espos, Pabrik Adi Cita telah berdiri di Klaten lebih dani lima tahun. Pabrik tersebut berskala lokal/ domestik. Munculnya pandemi Covid-19 di awal 2020, pabrik Adi Cita sudah memberitahukan ke Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Klaten bahwa usahanya mulai terseok seok.
Baca Juga: Pabrik Garmen di Klaten Selatan Gulung Tikar, 200 Karyawan di-PHK
Saat itu, manajemen pabrik sempat meminta doa ke petugas Disperinaker agar dapat bertahan di tengah pandemi Covid 19. Seiring berjalannya waktu, pabrik Adi Cita merumahkan kurang lebih 200 karyawannya. Sedianya, ratusan karyawan itu dirumahkan selama tiga bulan. Belum sempat memasuki tiga bulan, pabrik sudah gulung tikar.
"Penyebab utama pabrik di Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, tutup karena dampak pandemi Covid-19. Selama pandemi itu tak ada orderan sama sekali. Akhirnya, pabrik mem-PHK seluruh karyawannya."
"Sejauh ini, tak ada aduan terkait pembayaran kompensasi. Artinya, tak ada masalah dengan kompensasi tersebut,” kata Kepala Bidang (Kabid) Tenaga Kerja Disperinaker Klaten, Heru Wijoyo, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (8/11/2021).