by Anggi Oktarinda Jibi Bisnis - Espos.id News - Selasa, 24 Desember 2013 - 22:30 WIB
Penunjukan Fauzi yang akrab disapa Foke sebagai duta besar itu kontroversial. Kendati Foke lulusan Jerman, ia ditolak Aliansi Peduli KBRI Jerman (Berlin). Kelompok itu menolak Foke sebagai duta besar Jerman, antara lain karena lelaki berkumis lebat itu dianggap pernah melancarkan kampanye hitam bernuansa sentimen SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) saat mencalonkan diri kembali dalam Pilkada DKI Jakarta, tahun 2012 lalu.
Nyatanya, protes itu diabaikan kepala negara maupun para legislator yang menguji para calon dubes. Foke pun tak surut melangkah. bahkan setelah dilantik, Fauzi pun lancar berceloteh di hadapan pers tentang kesamaan Indonesia dan Jerman yang menempati posisi strategis di kawasan masing-masing. Jerman, menurut dia memiliki kedudukan utama di Uni Eropa, demikian pula Indonesia di ASEAN.
Ia pun lalu menegaskan dukungan terhadap sejumlah rencana kerja sama investasi antara Jerman-Indonesia. Di samping investasi eksisting, lanjutnya, kedua negara juga masih memiliki sejumlah rencana kerja sama investasi dengan nilai besar. Rencana kerja sama itu antara lain rencana investasi pabrikan asal Jerman Volkswagen untuk membangun pabrik di Jawa Timur dan proyek pembangunan pabrik petrokimia Ferostaal untuk masuk ke Papua.
"Ini [investasi] perlu diberi perhatian dan diberi dukungan untuk realisasinya," katanya.
Fauzi mengingatkan bahwa Indonesia akan mengalami pergantian pucuk pimpinan pemerintahan pada 2014. Namun demikian, lanjutnya, Jerman masih dipimpin oleh Angela Merkel sehingga peluang untuk melanjutkan hubungan strategis antara kedua negara berpeluang relatif lebih mudah.
"Namun tantangan kedua negara tentu tidak sederhana. Kalau soal bilateral, salah satu tantangan yang besar adalah untuk mengisi deklarasi Jakarta yang ditandatangani kedua kepala pemeritahan, Presiden SBY dan [Kanselir Jerman] Angela Merkel," katanya.