by Jafar Sodiq Assegaf Jibi Solopos - Espos.id News - Jumat, 20 Juni 2014 - 01:00 WIB
“Saya sudah pada keluarga untuk menutup gang Dolly hari ini. Kalau saya mati ikhlaskanlah,” demikian kutipan Risma yang lantas dipasang oleh sejumlah akun di media sosial.
Pesan Risma itud ibuat lantaran banyaknya protes para penduduk di kawasan Gang Dolly yang masih menentang keputusan yang telah ia buat. Risma sadar hal ini akan membahayakan jiwanya, karena warga sekitar Gang Dolly pasti membenci dirinya.
Gang Dolly saat ini dihuni 1.000 lebih pekerja seks komersial dan sekitar 300 mucikari, sejak pagi mereka melakukan aksi penutupan Jalan Jarak serta merusak dua wisma di lokalisasi sebagai teror untuk memperkeruh situasi menjelang penutupan lokalisasi itu.
Pernyataan itu menjadi begitu fenomenal ketika diperdengarkan dalam talkshow Mata Najwa edisi Rabu 12 Februari 2014 silam. Saat itu isu yang paling hangat adalah seputar rencana kemunduran Risma sebagai Walikota Surabaya.
Sepanjang Rabu-Kamis (18-19/6/2014) sejumlah akun di facebook, twitter dan bahkan instant messenger seperti BBM memasang foto kutipan kata Risma ini.
Sejak Rabu pagi hingga saat ini perbincangan penutupan Gang Dolly meramaikan linimasa. Para pengguna twitter memberi dukungan melalui ciapan dengan hastag #SuroboyoTutupDolly. Tidak hanya hashtag, postingan foto Risma dengan tulisan yang ia buat pun banyak di retweet para tweeple.
Penutupan kawasan lokalisasi Dolly yang berada di daerah Jarak, Surabaya, Jawa Timur ini akan berlangsung Rabu (18/6/2014) malam.
Diberitakan Esposin Lokalisasi Dolly Surabaya, Rabu (18/6/2014) malam resmi ditutup. Warga Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya yang berada di lingkungan lokalisasi Dolly telah resmi membacakan deklarasi pengalihfungsian wisma dan alih profesi bagi wanita harapan, di Gedung Islamic Centre, Jl. Raya Dukuh Kupang.
Deklarasi itu telah dibacakan dan telah ditandatangani oleh 107 orang warga Putat Jaya pada 18 Juni 2014 tepat pukul 20.00 dihadapan Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Dalam seremoni deklarasi penutupan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu, juga diisi dengan penampilan anak-anak yatim dan ceramah tausiah.