news
Langganan

LARANGAN RAPAT DI HOTEL : Naikkan Okupansi, PHRI Akan Gelar Event Bulanan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Abdul Hamied Razak Jibi Harian Jogja  - Espos.id News  -  Senin, 5 Januari 2015 - 16:20 WIB

ESPOS.ID - Iliustrasi pintu kamar hotel (capnaux.com)

Larangan rapat di Hotel dan menjamurnya hotel, mendorong PHRI mengadakan kegiatan bulanan dan promosi internasional.

Harianregional.com, JOGJA– Bisnis perhotelan selama 2015 diprediksi cukup berat. Selain menjamurnya hotel di DIY, kondisi tersebut terkait aturan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang melarang pegawai negeri sipil (PNS) rapat di hotel.

Advertisement

Mengantisipasi semakin menurunnya kegiatan MICE (Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY siap all out melakukan sejumlah program untuk menarik kunjungan wisatawan ke DIY. Caranya, dengan menggandeng berbagai pihak seperti organisasi travel agent, event organizer dan lain-lain untuk melakukan promosi bersama.

"Kami akan gencar melakukan promosi ke luar negeri seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan negara lain. Selain itu provinsi lain seperti Sumatera Selatan, Kalimantan, dan Jakarta akan terus kami datangi untuk promosi,” kata Ketua (PHRI) DPD DIY, Istijab M Dununagoro akhir pekan lalu.

Istijab menargetkan setahun harus ada 20 kali promosi termasuk kegiatan-kegaitan festival di Jogja. Setiap bulan, katanya, PHRI minimal mempromosikan satu kegiatan festival untuk menarik wisatawan ke Jogja. Pasalnya, dia memprediksi akan terjadi Potential loss (potensi kehilangan) bisnis hotel hingga mencapai 45%.

Advertisement

"Yang paling kasian kalau low seasion sekitar periode Maret hingga April nanti. Saat hotel sepi kunjungan, satu-satunya pemasukan dari MICE. Kalau tidak ada MICE pendapatan hotel turun hingga 45 persen,” kata Istijab.

Menurut dia, akan banyak hotel yang akan merasakan dampak dari kebijakan Kemendagri itu. Kerugian yang dialami DIY bahkan ditaksir mencapai Rp70 miliar. Dia mencontohkan, akibat pembatalan berbagai kegiatan MICE pada Desember kemarin, Hotel Inna Garuda mengalami kerugian sekitar Rp1 miliar. Begitu juga dengan Eastparc hotel yang mengalami kerugian Rp1,4 miliar.

"Tahun ini menjadi tahun yang berat bagi hotel di Jogja. Apalagi jumlahnya semakin bertambah dan tingkat kunjungan pariwisata belum naik signifikan,” jelasnya.

Advertisement

Sementara, General Manager Hotel Eastparc Jogja, Erny Kusmastuti menjelaskan kerugian yang dialami hotel lebih disebabkan adanya pembatalan pemesanan oleh instansi pemerintahan, terutama badan usaha milik negara. Padahal, sambung Erny, DIY memiliki sebanyak 118 hotel berbintang.

"Market utama hotel-hotel di DIY berasal dari kalangan corporate. Hotel juga mencari pendapatan paling cepat melalui MICE,” kata Erny. Untuk mengatasi masalah okupansi hotel, Erny berniat mencari pangsa pasar lain yakni dari market leisure dan series market dari wisatawan asal China, taiwan, Singapura dan lainnya.

"Itu menjadi solusi untuk menutupi potensi kerugian dari sisi pemasukan hotel. Selain itu, perlu diperbanyak kegiatan atau event-event untuk menarik wisatawan ke DIY," tandasnya.

Advertisement
Mediani Dyah Natalia - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif