by Dian Dewi Purnamasari Jibi Solopos - Espos.id News - Jumat, 16 November 2012 - 05:30 WIB
SOLO--Paguyuban Pedagang Pasar Mebel Ngemplak, Gilingan, Banjarsari, Solo mengeluhkan kenaikan harga bahan baku dan bahan penunjang mebel.
Kenaikan harga yang diikuti kelangkaan barang itu diakui cukup menghambat penjualan mebel.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Mebel Gilingan, Sidik Budi Santoso mengatakan kenaikan harga dan kelangkaan bahan baku itu dirasakan pedagang sejak Lebaran lalu. Kenaikan harga bahan baku dan bahan penunjang mulai Rp25.000/unit sampai Rp50.000/unit. Sedangkan harga jual produk mebel Rp200.000/unit-Rp2,5 juta/unit.
“Biasanya memang setelah Lebaran bahan baku langka. Tetapi tidak berlangsung lama, baru kali ini harga stabil naik,” ujarnya saat ditemui Esposin, Kamis (15/11/2012).
Kerangka mebel setengah jadi, lanjutnya, diambil di antaranya dari Sragen, Klaten, Jepara. Pedagang Pasar Mebel Gilingan ini hanya mengerjakan proses akhir (finishing). Kapasitas produksi 72 pedagang anggota paguyuban adalah 10-20 unit/hari.
“Jenis kayu yang digunakan sesuai dengan pesanan pembeli. Kami biasanya menjual dagangan antarprovinsi,” imbuh dia.
Kenaikan harga tertinggi terutama pada komoditas kayu mahoni, akasia, dan jati. Konsekuensinya, pedagang harus menaikkan harga mebel yang dijual. Akibatnya, penjualan mebel ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra terhambat. Selain bahan baku kayu, bahan penunjang seperti busa, kain kursi serta aksesori mebel lain pun naik. Pedagang pun hanya bisa menyesuaikan dengan menaikkan harga mebel.
Pendapat senada juga dilontarkan pemilik toko mebel Subur Jaya, Sunaryo. Ia mengaku kenaikan harga itu membuat pedagang sulit menentukan harga jual. Pasalnya, segmentasi pembeli mebel di Pasar Mebel Gilingan ini adalah menengah ke bawah. Ia mengaku penjualan di akhir tahun ini mengalami kenaikan. Namun, kenaikan itu tidak begitu berpengaruh karena dibarengi harga bahan baku yang melonjak.