by Newswire - Espos.id News - Senin, 20 September 2021 - 00:25 WIB
Esposin, TANGERANG — Irjen Napoleon Bonaparte bersama tahanan lainnya diduga menganiaya tersangka kasus penistaan agama, Muhammad Kece di dalam Rutan Bareskrim Polri.
Wajah dan tubuh Muhammad Kece dilumuri kotoran manusia.
"Wajah dan tubuh korban dilumurin dengan kotoran manusia oleh pelaku," ujar Dirtipidum Bareskrim Brigjen Andi Rian Djajadi kepada wartawan, Minggu (19/9/2021).
Baca Juga: Irjen Napoleon Hajar Muhammad Kece karena Tak Terima Agama Dihina
Baca Juga: Irjen Napoleon Hajar Muhammad Kece karena Tak Terima Agama Dihina
Brigjen Andi belum bicara banyak mengenai penganiayaan itu. Kece sudah membuat laporan ke Bareskrim Polri terkait penganiayaan itu.
Bareskrim Polri pun mengaku akan segera memeriksa Irjen Napoleon Bonaparte untuk mengetahui motif penganiayaan.
Surat Terbuka Irjen Napoleon
Irjen Napoleon Bonaparte akhirnya angkat suara perihal dugaan penganiayaan ini. Irjen Napoleon Bonaparte pun menulis surat terbuka yang disampaikan oleh kuasa hukumnya, Haposan Batubara.
"Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air sebenarnya saya ingin berbicara langsung dengan saudara-saudara semua, namun saat ini saya tidak dapat melakukannya," tulis Napoleon dalam surat terbukanya, Minggu (19/9/2021).
Baca Juga: Undang Ratusan Tamu, Hajatan di Boyolali Dibubarkan Satpol PP
Napoleon menyatakan dalam surat terbuka itu bahwa dirinya lahir dan dibesarkan sebagai seorang muslim. Dia menyebut Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin.
"Alhamdulillah YRA, bahwa saya dilahirkan sebagai seorang muslim dan dibesarkan dalam ketaatan agama Islam yang rahmatan lil alamin," tulis Napoleon.
Napoleon menyatakan siapa pun berhak menghina dirinya namun tidak dengan Allah, Rasulullah dan Al-Quran. Siapapun yang menghina Allah, dia bersumpah akan melakukan tindakan terukur.
Napoleon menyebut perbuatan Muhammad Kece sangat membahayakan persatuan dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Dia pun menyayangkan konten Kece di media sosial belum dihapus oleh pemerintah.
"Saya sangat menyayangkan bahwa sampai saat ini pemerintah belum juga menghapus semua konten di media, yang telah dibuat dan dipublikasikan oleh manusia-manusia tak beradab itu," imbuhnya.