by Jafar Sodiq Assegaf Jibi Solopos Newswire - Espos.id News - Rabu, 14 Januari 2015 - 15:10 WIB
Esposin, SOLO – Beredarnya foto mesra Abraham Samad dan wanita yang diduga Putri Indonesia Elvira Devinamira memunculkan sejumlah spekulasi dari para aktivis media sosial dan pengguna Internet (netizen). Samad disebut-sebut akan menjadi “Antasari Jilid II”.
"Mau ada Antasari jilid II nih. Cipta kondisinya dah ada. Sepagi ini menyebar foto orang yg mirip Samad dg perempuan. Entah asli atau bukan," tulis akun Twitter wartawan Billy Khaerudin, @BiLLYKOMPAS, Rabu (14/1/2015) pagi.
Hal serupa diungkapkan komedian stand up, Ernest Prakasa. “Samad mau di Antasari-kan?” kata aktor Comic 8 ini melalui akun Twitternya. (Baca Juga: Ini Foto-Foto Mesra Abraham Samad dan Wanita Diduga Putri Indonesia)
Kicauan serupa juga disuarakan sejumlah netizen lain. Sejumlah netizen menyebut beredarnya foto rekayasa Abraham Samad dan Elvira Devinamira tidak lepas dari penetapan tersangkan Komjen Pol. Budi Gunawan.
Netizen lain menyebut beredarnya foto itu hanya sebuah awal. Abraham Samad dipercaya bakal terus mengalami teror serupa.
“Jadi inget om Antasari.. Abis nangkep koruptor kelas kakap, dituduh bunuh orang gara2 wanita. Dipenjara deh,” kata buzzer Twitter, @shitlicious.
Dalam foto yang beredar, keduanya tampak berfoto mandiri (selfie) sambil saling merangkul. Foto alin bahkan memperlihatkan Abraham Samad mencium pipi dan bibir Elvira Devinamira.
Foto-foto ini beredar usai Abraham Samad mengumumkan status tersangka Komjen Budi Gunawan dalam kasus rekening gendut. (Baca Juga: Foto Mesra dengan Putri Indonesia Beredar di Internet, Abraham Samad Geram)
Abraham Samad sendiri sudah membantah keaslian foto ini. Samad menyebut foto itu adalah hasil rekayasa. "Itu fitnah, bisa juga itu foto direkayasa," jelas Samad seperti dikutip Esposin dari Detik, Rabu (14/1/2015).
Terkait hal ini, KPK juga sudah bergerak memeriksa foto itu. KPK menyimpulkan bahwa foto adalah hasil rekayasa atau editan.
"KPK sudah mengkaji foto yang sudah beredar dan dipastikan itu adalah hasil editan dan rekayasa," jelas Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, Rabu (14/1/2015).