news
Langganan

BNPB Tawarkan Skema Biaya Rumah Tahan Gempa untuk Keluarga Miskin

by Newswire  - Espos.id News  -  Selasa, 24 September 2024 - 20:08 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi rumah sederhana. (Freepik).

Esposin, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menawarkan solusi untuk membantu keluarga Indonesia yang berpenghasilan rendah memiliki rumah tahan dari bencana alam gempa bumi.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam siaran pers daring, Selasa (24/9/2024), mengatakan Indonesia salah satu negara rawan gempa bumi karena unsur geografi wilayah yang kompleks, sehingga sangat membutuhkan konstruksi bangunan yang tangguh.

Advertisement

Namun, menurut dia, untuk memenuhi spesifikasi rumah tahan gempa, sering kali diperlukan konsultasi dengan ahli konstruksi. Hal ini tentu meningkatkan biaya jauh di atas kemampuan masyarakat di daerah sub-urban. Mereka biasanya mengeluarkan biaya pembangunan rumah tidak lebih dari Rp50 juta.

"Jadi dapat disimpulkan ada dua syarat utama untuk pembangunan rumah tahan gempa yakni pertama harus murah, dan kedua harus dapat dilakukan oleh masyarakat umum tanpa keterlibatan ahli konstruksi," kata dia sebagaimana dilansir Antara.

Advertisement

"Jadi dapat disimpulkan ada dua syarat utama untuk pembangunan rumah tahan gempa yakni pertama harus murah, dan kedua harus dapat dilakukan oleh masyarakat umum tanpa keterlibatan ahli konstruksi," kata dia sebagaimana dilansir Antara.

Dia memaparkan, dalam hal ini salah satu solusi sederhana yang diusulkan BNPB kepada pihak terkait di tingkat pusat dan daerah ataupun masyarakat yaitu dengan cara menambahkan kawat anyaman galvanis (biasa untuk kandang ayam) sebagai pelapis dinding rumah.

BNPB mengkonfirmasi metode konstruksi tersebut sudah diuji di Jepang dan terbukti efektif untuk rumah sederhana tipe 3x6 meter. 

Advertisement

Abdul mengungkapkan, metode itu cukup realistis digunakan di Indonesia yang jumlah penduduk berpenghasilan rendah dan sangat miskin sebanyak 26,5 juta jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021.

Dari jumlah tersebut diasumsikan satu keluarga terdiri dari lima orang berarti, kata dia, ada sekitar lima juta keluarga yang membutuhkan rumah tahan gempa. 

BNPB memandang dibutuhkan biaya maksimal Rp5 juta per keluarga dengan metode tersebut dan hal ini salah satunya dapat diakomodasi melalui pemanfaatan dana desa.

Advertisement

"Indonesia ada 50.000 desa rawan gempa. Jika setiap dana desa disisihkan Rp50 juta per tahun untuk itu. Maka dalam satu tahun dapat dibangun rumah untuk 500.000 keluarga. Dalam 10 tahun ada lima juta keluarga bisa mendapatkan rumah tahan gempa," kata dia.

Pihaknya menganggap solusi tersebut sangat krusial karena setiap kali gempa terjadi, kerusakan rumah akan selalu berbanding lurus dengan banyaknya korban jiwa. Hal ini dapat dibuktikan setidaknya melalui data BNPB tiga tahun terakhir.

BNPB mencatat pada 2021 terdapat 37.422 rumah rusak dengan 122 korban jiwa. Selanjutnya 2022, jumlah rumah rusak meningkat menjadi 68.644 dengan 638 korban jiwa, sementara pada 2023, tercatat 4.704 rumah rusak dengan enam korban jiwa.

Advertisement

Abdul menekankan, melalui pendekatan preventif dalam pembangunan rumah tahan gempa seperti ini tidak hanya akan mengurangi jumlah korban di masa mendatang, tetapi juga menghemat anggaran rehabilitasi-rekonstruksi, yang selama ini dikeluarkan pemerintah pusat melalui BNPB mencapai Rp15juta hingga Rp60 juta per rumah yang rusak akibat bencana.

Advertisement
Chelin Indra Sushmita - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif