news
Langganan

25 Tahun Reformasi: Belajar dari Krisis Moneter dan Tumbangnya Rezim Orde Baru - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Hendri T. Asworo Rizqi Rajendra  - Espos.id News  -  Minggu, 21 Mei 2023 - 18:33 WIB

ESPOS.ID - Presiden Suharto mengundurkan diri. (Kemdikbud)

Esposin, JAKARTA — Hari ini, 21 Mei 2023, genap 25 tahun Reformasi berjalan di negeri ini. Era reformasi diawali dengan lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998, sebagai simbol rezim Orde Baru. 

Awal mula kejatuhan Orde Baru ditandai dengan krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997 silam. Nilai tukar rupiah anjlok terhadap dolar Amerika Serikat yang berfluktuasi di rentang Rp12.000-Rp18.000 dari awalnya Rp2.200 pada awal tahun. 

Advertisement

Alhasil, masyarakat yang bereaksi dengan menukarkan rupiah dengan dolar AS semakin memperburuk situasi, sehingga inflasi rupiah dan harga bahan pokok melambung.

Di tengah situasi tersebut, pemerintah justru menaikkan tarif listrik dan bahan bakar minyak. Akibatnya ekonomi rakyat semakin terpuruk. 

Advertisement

Di tengah situasi tersebut, pemerintah justru menaikkan tarif listrik dan bahan bakar minyak. Akibatnya ekonomi rakyat semakin terpuruk. 

Krisis ekonomi tersebut akhirnya menimbulkan kekacauan di Indonesia. Pada 12 Mei 1998, tepatnya pada sore hari, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi termasuk Universitas Trisakti melakukan aksi damai untuk menyampaikan aspirasi ke DPR/MPR. 

Kendati demikian, aksi damai tersebut berakhir tragis dengan penembakan oleh aparat keamanan. Pada peristiwa itu empat mahasiswa Universitas Trisakti terenggut nyawanya. 

Advertisement

Noda sejarah yang belum terbayar tuntas. Gugurnya empat mahasiswa itu memicu aksi lebih masif di berbagai daerah di Indonesia. Penjarahan toko hingga swalayan. Pembakaran gedung sampai sarana publik. 

Bahkan, pembunuhan dan pemerkosaan mewarnai peristiwa peralihan rezim. Perekonomian terpuruk. Inflasi melonjak.

Nilai tukar merosot pada posisi terendah sepanjang sejarah. Pemodal asing memilih menarik dananya dari sistem keuangan Indonesia. 

Advertisement

Kemudian pada 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa kembali mendatangi gedung DPR/MPR untuk menyampaikan aspirasi agar Soeharto mundur dari jabatan presiden. 

Di depan massa, Ketua DPR/MPR Harmoko didampingi jajarannya menyampaikan bahwa dirinya dan juga jajaran DPR lainnya juga menghendaki serta menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.

Puncak dari tuntutan reformasi ditandai dengan pengunduran diri Presiden Soeharto. "Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini, pada hari ini, Kamis, 21 Mei 1998," ujarnya dalam pidato pengunduran diri.

Advertisement
 

Sumber: Bisnis.com

Advertisement
Mariyana Ricky P.D - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif