Esposin, SOLO — Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang meliputi pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota akan serentak dilaksanakan pada 27 November 2024 mendatang.
Menjelang penyelenggaran tersebut, masyarakat di Indonesia harus semakin waspada terhadap penyebaran hoaks.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Apalagi pembuatan hoaks kini semakin canggih yakni bisa mengandalkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Teknologi AI mampu membuat konten palsu yang kadang sulit diidentifikasi kebohongannya.
Hoaks-hoaks yang diproduksi menggunakan AI sebelumnya telah banyak beredar. Misalnya hoaks yang mencatut Presiden Joko Widodo. Hoaks ini beredar luas di media sosial pada 25 Oktober 2023 lalu.
Dalam sebuah video, Presiden Jokowi berpidato menggunakan Bahasa Mandarin dengan fasih. Video tersebut identik dengan video yang diunggah oleh kanal YouTube The U.S. - Indonesia Society (USINDO) pada 13 November 2015 lalu yang mana pada kesempatan itu Presiden Jokowi menggunakan Bahasa Inggris.
Setelah dilakukan penelusuran, video Presiden Jokowi berbahasa Mandarin merupakan video hoaks buatan AI.
Hoaks lainnya yang berbasis AI dalam konteks Pemilihan Umum adalah video viral Anies Baswedan berpidato menggunakan Bahasa Arab.
Video hoaks ini muncul di Facebook pada 7 November 2023 lalu. Setelah dilakukan penelusuran, video ini merupakan potongan pidato Anies saat Apel Siaga Perubahan Partai Nasdem di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, pada 16 Juli 2023.
Potongan video Anies itu kemudian diedit menggunakan AI dan seakan Anies menggunakan Bahasa Arab. Dalam hoaks yang beredar, Anies dinarasikan sebagai pemimpin yang pintar menggunakan Bahasa Arab.
Tak Cuma Anies, Prabowo Subianto yang kala itu merupakan capres juga dicatut hoaks berbasis AI. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial pada 8 November 2023, Prabowo juga dinarasikan pintar berbahasa Arab.
Video Prabowo itu ternyata identik dengan pidato Prabowo saat acara Simposium Geopolitik dan Geostrategis Global Serta Pengaruhnya terhadap Indonesia Tahun 2023 di Kementerian Pertahanan, pada 2 November 2023.
Prabowo menggunakan Bahasa Indonesia dalam kesempatan itu. Setelah dilakukan penelusuran, suara Prabowo berbahasa Arab merupakan editan berbasis AI.
Dari ketiga contoh di atas, mayoritas menggunakan suara berbasis AI untuk menciptakan hoaks. Untuk mendeteksi kebenaran suara, bisa menggunakan tools AI Voice Detector.
Caranya cukup mudah yakni tinggal mengunggah video ke situs mereka, maka akan keluar analisis mengenai keaslian suaranya. Seperti yang sudah dipraktikkan untuk kasus hoaks yang mencatut nama Prabowo.
Dari hasil penggunaan tools tersebut yakni probabilities AI Voice adalah 99,52% dan Natural Voice adalah 0,48%. Ini bisa diartikan suara yang ada dalam video dibuat menggunakan AI.
Probabilities AI Voice yang lebih tinggi juga ditemukan di video Jokowi berbahasa Mandarin dan Anies Baswedan berbahasa Arab.
AI Voice untuk video Jokowi berbahasa Mandarin adalah 71,53%, sementara untuk video Anies berbahasa Arab adalah 97,29%. Probabilities AI Voice yang lebih tinggi bisa diartikan suara dari video tersebut dibuat dari AI.
Dalam konteks Pilkada, AI tentu dapat digunakan untuk membuat hoaks seperti contoh-contoh di atas. AI bisa digunakan untuk membuat video hoaks calon kepala daerah atau pejabat lainnya yang dapat merusak reputasi atau menyebarkan informasi palsu.
Melihat fenomena tersebut, masyarakat perlu meningkatkan literasi digital untuk bisa mendeteksi hoaks, termasuk yang dibuat oleh AI. Beberapa langkah yang bisa dilakukan seperti:
1. Memeriksa Sumber Berita
Informasi mengenai Pilkada biasanya tidak luput dari pemberitaan media massa. Oleh karenanya berita-berita yang diterbitkan oleh media massa kredibel lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan blog, media sosial, atau situs tidak dikenal.
2. Cek Kesalahan Penulisan
Perhatikan gaya penulisan, tata bahasa, dan fakta yang disajikan dalam pemberitaan terkait Pilkada. Hoaks sering kali mengandung kesalahan atau ketidakkonsistenan. Seperti pada hoaks Prabowo yang mengucapkan selamat atas kemenangan Anies di Pilpres 2024. Dalam contoh hoaks ini, ada beberapa penulisan yang salah.
3. Tools
Dalam mendeteksi hoaks yang dibuat menggunakan AI, ada beberapa tools yang bisa digunakan salah satunya adalah AI Voice Detector. Tools ini berfungsi untuk mengetahui keaslian sebuah suara.
Platform ini cukup mudah menggunakannya yakni:
- Tentukan suara dalam video mana yang akan diperiksa kebenarannya.
- Unduh video tersebut dan convert menjadi format audio (mp3).
- Setelah itu, unggah file audio tersebut ke aivoicedetector.com lalu klik Detect Voice
- Tunggu beberapa saat, hasil deteksi akan ditampilkan dalam bentuk probabilitas.
- Anda kemudian akan mengetahui suara itu dibuat lewat AI atau original.
4. Membandingkan Berita
Yang paling penting yakni membandingkan berita terkait Pilkada dari beberapa sumber yang berbeda.
Berita yang kredibel tentu berasal dari media massa yang kredibel pula. Media massa yang kredibel biasanya telah terverifikasi oleh Dewan Pers. Untuk mengetahuinya Anda bisa mencari perusahaan pers tersebut di situs resmi Dewan Pers yakni https://dewanpers.or.id/data/perusahaanpers.
Jika mencari berita di mesin pencari, gunakan kata kunci yang tepat ditambah dengan salah satu nama media massa yang sudah terverifikasi Dewan Pers.
Setelah muncul beritanya, bisa coba dibandingkan dengan media massa lainnya. Biasanya, ada lebih dari satu sumber berita yang seharusnya melaporkan suatu topik atau peristiwa.