news
Langganan

Waspada, Usia 6-24 Bulan Rawan Terjadi Stunting pada Anak - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Newswire  - Espos.id News  -  Kamis, 2 Februari 2023 - 14:35 WIB

ESPOS.ID - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu. (Dok.Kemenkes/Bisnis.com)

Esposin, JAKARTA — Usia enam hingga 24 bulan pada anak tersebut merupakan masa yang sangat rawan terjadi gizi buruk atau stunting.

Pada rentang usia tersebut, asupan gizi seorang anak harus ditambah dengan pemberian Pendamping Makanan Tambahan (PMT).

Advertisement

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan stunting banyak ditemukan pada anak-anak yang berusia enam hingga 24 bulan atau setelah masa ASI eksklusif selesai diberikan ibu.

“Ada banyak titik-titik waktu lain tapi yang determinannya paling tinggi, yang risk factor-nya paling tinggi, yang menyebabkan stunting paling tinggi adalah masa-masa ibunya hamil dan bayi pada masa enam sampai 24 bulan,” kata Menkes Budi Gunadi dalam webinar Cegah Stunting, Cegah Infeksi Pada Anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (2/2/2023).

Advertisement

“Ada banyak titik-titik waktu lain tapi yang determinannya paling tinggi, yang risk factor-nya paling tinggi, yang menyebabkan stunting paling tinggi adalah masa-masa ibunya hamil dan bayi pada masa enam sampai 24 bulan,” kata Menkes Budi Gunadi dalam webinar Cegah Stunting, Cegah Infeksi Pada Anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (2/2/2023).

Menurut Menkes, ketika seorang ibu selesai menjalankan perannya memberikan ASI eksklusif selama anak berusia nol hingga enam bulan, orang tua perlu menyadari PMT dapat membantu tumbuh kembang anak menjadi lewat optimal, utamanya bagi PMT yang mengandung protein hewani.

Protein hewani, kata Menkes, bisa didapati dari telur, ikan, ayam, maupun daging. Mirisnya pengetahuan terkait asupan gizi ini belum banyak dijalankan dengan benar oleh orang tua di rumah.

Advertisement

Intervensi selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bisa mencegah anak terkena stunting atau mengkoreksi kondisi kesehatan anak.

Budi menambahkan hanya ada lima persen anak yang terkena stunting, yang ditemukan bisa sembuh.

Dengan catatan pengobatan harus dijalankan di rumah sakit dan membutuhkan biaya hingga jutaan rupiah.

Advertisement

“Kalau kita lihat berdasarkan ahli gizi, dua pekan dikasih intervensi makanan protein hewani yang baik dia bisa kembali normal. Bayangkan itu relatif lebih murah intervensinya. Tidak mungkin sampai Rp500.000 satu paket sampai selesai. Kita berikan selama dua pekan jadi mungkin Rp30-40.000 sehari harusnya bisa mencegah (stunting),” kata Menkes.

Selain rawan terjadi pada anak usia enam sampai 24 bulan, kata dia, stunting juga berisiko terjadi sejak ibu memasuki masa kehamilan.

Menkes Budi menjelaskan biasanya ibu sudah kekurangan gizi dan zat besi sehingga asupan makanan tidak bisa memenuhi kebutuhan janin untuk berkembang maksimal.

Advertisement

Dengan demikian ia berharap para ibu hamil mulai rutin memeriksakan kehamilan mereka selama enam bulan di puskesmas dan dua kali setidaknya untuk diperiksa dengan USG.

Jika panjang janin tumbuh lambat maka harus segera diintervensi di puskesmas. Upaya lainnya yakni ibu harus rutin meminum tablet tambah darah agar tidak anemia.

“Kalau pertumbuhan janinnya tidak cukup panjangnya, artinya kurang gizi dan intervensinya di puskesmas. Kesehatan ibu pada saat hamil sangat menentukan apakah bayinya lahir stunting atau tidak,” ujar Menkes.

Advertisement
Abu Nadzib - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif