by Newswire - Espos.id News - Rabu, 25 Maret 2020 - 16:00 WIB
Tugas pembuatan vaksin virus corona ini sebenarnya sudah diberikan kepada Lembaga Eijkman pada awal Maret 2020 lalu. Kala itu, Indonesia telah mengungkapkan dua kasus pertama virus corona yang berasal dari Depok.
Program 1.000 Desa Bambu Ingin Lawan Dominasi Negeri Tirai Bambu
Lembaga Eijkman ditunjuk untuk mengembangkan vaksin virus corona karena dianggap memiliki fasilitas, kemampuan, pengalaman, dan minat untuk itu. "Di Eijkman kami sedang mengembangkan vaksin malaria, hepatitis, dengue. Dari bakterilogi sedang mengembangkan vaksin untuk penyakit paru paru juga," kata Direktur LBME Prof Amin Soebandrio seperti dilansir detik.com, Rabu (25/3/2020).
WHO sendiri telah memberikan arahan untuk membuat vaksin corona dalam waktu 18 bulan ke depan. Namun, Amin berharap Lembaga Eijkman mampu mengerjakan vaksin itu dalam waktu satu tahun.
Deretan Pejabat Indonesia Positif Corona, Termasuk Bupati Karawang
Dalam waktu satu tahun itu, dia berharap pihaknya bisa menemukan bibit vaksin virus corona untuk diserahkan ke industri (Bio Farma) untuk proses produksi lebih lanjut. "Kan perlu ada uji klinis terbatas, uji klinis luas, dan sebagainya. Itu yang akan dilakukan oleh industri," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman saat terjadi wabah Flu Burung pada 2003-2004, Amin mengatakan Indonesia sudah seharusnya mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam membuat vaksin terutama vaksin pandemik. Hal itu karena negara lain yang mampu membuat vaksin akan membatasi penjualan. Pasalnya, mereka akan menggunakan vaksin itu untuk warganya sendiri.
Tiap 5 Detik, 1 Motor Baru Mengaspal di Jalanan Indonesia
"Nah kalau Indonesia penduduknya 260 juta, dan harus mengimunisasi 150 juta orang saja. Setiap orang disuntik dua kali, kita perlu 300 juta dosis dikalikan 10 dolar. Bila sekarang 1 dolar sudah Rp 17 ribu, berarti anggaran negara yang harus disiapkan mencapai RP 51 triliun," papar Amin Soebandrio.