by Redaksi - Espos.id News - Rabu, 8 Februari 2012 - 18:31 WIB
Branch Manager UOB KayHian Securities Solo, Edwin Jayandaru, menyampaikan hampir 60% nasabahnya belum bisa bertransaksi sejak kebijakan tersebut aktif diberlakukan per 1 Februari kemarin. Selain karena nasabah yang belum merespon secara aktif, prosedur penerbitan rekening baru itu pun dinilai berbelit. “Contoh, dalam satu hari kemarin, tidak ada satupun rekening investor kami yang bisa diterbitkan karena di bank yang sudah ditunjuk, terjadi penumpukan permohonan pembuatan rekening,” kata Edwin.
Pihaknya khawatir, kendala ini akan berlarut-larut sehingga mengurangi potensi pendapatan sekuritas dan investor juga kehilangan momen bertransaksi, mengingat pergerakan harga saham bisa terjadi dalam hitungan detik. “Kalau 60% nasabah kami tidak bertransaksi, otomatis volume transaksi di tempat kami juga turun di kisaran 60% itu,” ujar dia.
Senada dijelaskan Branch Manager Danareksa Sekuritas Solo, Syaefuddin Zuhri. Di Danareksa Sekuritas Solo ada sekitar 5% dari total nasabah yang belum melakukan pemisahan rekening. Yang secara otomatis nasabah tersebut tidak bisa bertransaksi. “Investor banyak yang tidak aware dengan kebijakan tersebut. Akhirnya, saat hendak bertransaksi, ternyata tidak bisa, dan rekeningnya di-suspend,” kata Syaefuddin kepada Espos, Rabu (8/2/2012). Pihak sekuritas pun tidak bisa berbuat apa-apa, sebelum investor memiliki rekening sendiri.
Pemisahan rekening tersebut, kata Syaefuddin memiliki tujuan yang baik sebagai proteksi atas dana investor. Pihaknya pun sudah berusaha melakukan upaya jemput bola dengan mengiriman surat berikut formulirnya. Hal ini dilakukan di tengah ketersediaan tenaga pemasaran yang terbatas. “Kebijakan itu memang bikin kami sedikit kesulitan karena akhirnya banyak nasabah yang panik dan komplain kenapa tidak bisa lihat rekening dan tidak bisa bertransaksi,” kata dia. Pihaknya berharap kepada investor agar aktif merespons kebijakan tersebut. Apalagi, rekening settlement investor sedikit banyak telah berpengaruh terhadap volume transaksi.
Kepala Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Jogja, Irfan Noor Riza, membenarkan hal tersebut. Pihaknya juga tidak menampik, diperkirakan ada seitar 10% investor pasar modal saat ini belum bisa bertransaksi karena penerbitan rekening masih dalam proses. “Khusus untuk nasabah online trading saya rasa semua sudah beres, tapi untuk investor reguler memang masih banyak menemui kendala dalam memisahkan rekeningnya dengan rekening investor,” katanya.
JIBI/SOLOPOS/Hijriyah Al Wakhidah