by Holy Kartika N.s Jibi Harian Jogja - Espos.id News - Senin, 9 Oktober 2017 - 21:55 WIB
Harianregional.com, JOGJA-Kondisi pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) belum menunjukkan pertumbuhan hingga memasuki kuartal empat tahun ini. Tingginya harga properti disebut-sebut menjadi penyebabnya.
Beberapa institusi yang menawarkan produk KPR merasakan lemahnya pengajuan KPR pada tahun ini. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan misalnya, mencatat pertumbuhan pengajuan KPR pada kuartal III belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Kepala BPJS Ketenagakerjaan Ainul Kholid mengatakan, sejak dikenalkan pada masyarakat awal tahun ini, produk KPR di BPJS Ketenagakerjaan belum banyak menarik minat para pekerja. Ketertarikan mereka mengakses KPR untuk mendapatkan rumah layak huni masih rendah. "Kira-kira 10 orang [yang mengakses KPR], itupun lokasi rumahnya di luar Jogja," kata Ainul, Minggu (8/10/2017).
Ia mengatakan, rendahnya minat masyarakat terhadap KPR ini dikarenakan harga tanah mahal. Harga tanah yang membengkak akan membuat biaya operasional yang dikeluarkan pengembang naik. Hal itu pun akan mempengaruhi harga rumah secara umum.
Pemerintah melalui BPJS Ketenagakerjaan semakin memberikan kemudahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang ingin memiliki hunian. BPJS Ketenagakerjaan bisa memberikan pinjaman sampai Rp500 juta. KPR yang diberikan sebesar 99% dari harga rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), sedangkan rumah non MBR 95,5%.
BPJS Ketenagakerjaan juga menyiapkan dua fasilitas kredit lainnya yakni Pinjaman Uang Muka Perumahan (PUMP) dan Pinjaman Renovasi Perumahan (PRP) maksimal Rp50 juta dengan jangka waktu 10 tahun.