by Yanita Petriella Jibi Bisnis - Espos.id News - Selasa, 4 Agustus 2015 - 16:30 WIB
Esposin, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) diminta untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate. Permintaan tersebut karena melihat angka inflasi pada Juli yang rendah yakni 0,93% dan relatif terkendali.
Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan saat ini pelemahan kurs rupiah membuat ruang untuk bank sentral menurunkan tingkat suku bunga menjadi terbatas. Sebab, untuk menurunkan BI Rate, tidak semata-mata hanya mempertimbangkan angka inflasi, tetapi ada faktor lain yang turut memengaruhi, termasuk kurs rupiah.
"Untuk sinyal dari suku bunga memang kami akan terus memonitor, mengantisipasi berbagai perkembangan yang memang inflasinya akan turun. Tapi beberapa faktor khususnya dari tekanan rupiah yang selama ini memang ruang untuk menurunkan suku bunga masih terbatas," ujarnya, Selasa (4/8/2015).
Melemahnya kurs rupiah yang dipengaruhi faktor global dan domestik menjadi salah satu alasan kuat bank sentral tidak merespons rendahnya inflasi dengan penurunan BI rate yang kini masih tinggi, yakni 7,5%. Pihaknya tidak memungkiri tingkat inflasi domestik memang menjadi pertimbangan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) dalam menentukan tingkat suku bunga.
Kendati demikian, Bank Indonesia juga memperhatikan tingkat suku bunga negara lain, seperti rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) untuk menentukan BI rate.
"Kami terus berkomitmen untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa harus menurunkan BI rate, yakni dengan cara melonggarkan kebijakan makroprudensial seperti pelonggaran loan to value yang telah kami lakukan," kata Perry.