by Newswire - Espos.id News - Selasa, 5 Juli 2022 - 21:15 WIB
Esposin, JOGJA — Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X marah dengan perilaku dua kelompok warga pendatang yang terlibat tawuran di kawasan Babarsari, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Senin (4/7/2022).
Padahal, beberapa tahun lalu Sultan Jogja sudah mendatangi dan menasihati warga pendatang tersebut karena kasus yang sama.
Kepada wartawan, Selasa (5/7/2022), Sultan menuturkan keributan antarkelompok warga pendatang sejatinya sudah pernah terjadi di kawasan Babarsari sekitar empat tahun silam.
Kala itu, ia berupaya menemui mereka dan mengajak berdialog.
Kala itu, ia berupaya menemui mereka dan mengajak berdialog.
Baca Juga: Sekuriti Tempat Hiburan Wajib Pakai Seragam Pasca Kerusuhan Babarsari
"Empat tahun lalu juga sering berkelahi, saya datangi juga, saya bertemu dengan mereka," ujar Ngarsa Dalem sapaan Sultan seperti dikutip Esposin dari Antara.
Ia meminta aparat kepolisian menuntaskan secara tegas dan adil, tanpa banyak pertimbangan sehingga kasus serupa tidak berulang di kemudian hari.
Baca Juga: Kerusuhan Babarsari Gotham City, Buah Masyarakat Multietnis
"Enggak usah punya pertimbangan lain, melanggar hukum sudah lakukan (penindakan) karena dengan dilakukan itu, maka yang lain tidak akan main-main. Masak sampai ada korban dan sebagainya tidak kita tindak, yang 'klithih' (kejahatan jalanan) saja kita tindak kok. Jadi kita harus adil untuk menegakkan hukum jangan pilih-pilih," kata pemimpin DIY itu.
Menurut Sultan, banyaknya warga pendatang yang tinggal di Babarsari, Sleman lantaran di kawasan itu berdiri sejumlah perguruan tinggi.
Bagi Sultan, aksi kekerasan seperti yang terjadi di Babarsari pada Senin (4/7/2022) tidak mencerminkan kultur masyarakat di Yogyakarta.
Baca Juga: Kondisi Terkini Lokasi Tawuran di Babarsari Gotham City Jogja
Karena itu, Raja Keraton Yogyakarta ini berharap kelompok warga dari luar daerah yang tinggal di Yogyakarta dapat menyesuaikan sikap dengan kultur masyarakat setempat.
Sultan menegaskan bahwa setiap kesalahpahaman antarwarga pendatang sejatinya bisa diselesaikan dengan berdialog, bukan dengan kekerasan fisik.
"Di Yogyakarta bukan model kekerasan yang dilakukan. Harus menyesuaikan di mana dia tinggal. Kita masyarakat yang menghargai orang lain sehingga bisa rukun. Saya berharap mereka bisa begitu," kata dia.
Baca Juga: Tawuran Jogja Mencekam, Babarsari Dijuluki Gotham City
Meski demikian, kata Sultan, siapa pun warga pendatang yang tinggal di Yogyakarta sudah menjadi bagian dari warganya sehingga untuk mengurai persoalan tersebut tidak perlu sampai melibatkan kepala daerah masing-masing.
"Dia tinggal di Yogyakarta, itu berarti bagian dari orang Yogyakarta. Saya tidak mau membeda-bedakan. Tapi kalau melakukan tindakan pidana yang tidak semestinya dan itu melanggar hukum, tegakkan hukum, itu saja," kata dia.
Sebelumnya, sejumlah ruko dan sepeda motor mengalami kerusakan akibat kerusuhan antarkelompok di kawasan Babarsari, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Senin (4/7/2022).
Baca Juga: Babarsari Gotham City, Sultan Jogja Siap Damaikan Kelompok Tawuran
Polda DIY menyebut kerusuhan tersebut merupakan buntut dari keributan antarkelompok yang terjadi di sebuah tempat karaoke di Babarsari.