by Tri Rahayu Jibi Solopos - Espos.id News - Kamis, 11 Juni 2015 - 12:00 WIB
Esposin, SOLO — Prosesi ijab kabul Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda, Kamis (11/6/2015), diwarnai dengan berbagai pernik-pernik budaya dan simbol-simbol Jawa.
Selvi dan kedua orang tuanya hadir dengan menaiki kereta jenis biolet milik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari kediamannya di Jl. Kutai Raya RT 007/RW 007 Sumber. Sementara Gibran berjalan kaki bersama Jokowi dan Iriana dengan cucuk lampah sepasang loro blonyo.
Selvi dan kedua orang tuanya hadir dengan menaiki kereta jenis biolet milik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari kediamannya di Jl. Kutai Raya RT 007/RW 007 Sumber. Sementara Gibran berjalan kaki bersama Jokowi dan Iriana dengan cucuk lampah sepasang loro blonyo.
Calon pengantin putri Selvi Ananda hadir lebih dulu sekitar pukul 08.45 WIB. Rombongan calon pengantin putra Gibran Rakabuming Raka hadir belakangan dengan selisih waktu sekitar 10 menit. Selvi duduk di kereta berhadapan dengan kedua orang tuanya.
Kereta berkuda itu dikendalikan Mas Ngabei Sunardi Prasetyo yang juga pemilik kedua kuda itu. Kedua kuda yang menarik kereta selvi bernama aura kasih dan putri istana. Kedua kuda itu merupakan kuda pilihan dari 20 ekor kuda milik Sunardi di Jl. Kencur RT 002/RW 001 Warasan, Grogol, Sukoharjo.
Keduanya merupakan dosen seni tari dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Warga asal Bonoroto RT 001/RW 012, Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar itu menjadi cucuk lampah atas inisiatif sendiri. Mereka berkolaborasi dengan rombongan red batik pimpinan Heru Mataya.
Kedua calon pengantin memasuki pintu sisi utara Gedung Graha Saba Buana. Selvi menebar senyum saat turun kereta dan memasuki pintu gerbang Graha Saba Buana.
Bukan hanya wartawan yang berebut posisi untuk mendapatkan foto Selvi. Para tamu undangan yang hadir lebih awal juga turut berdesak-desakan bersama wartawan untuk mengabadikan momentum itu.
Gibran berjalan dengan mengenakan pakaian putih dan jarit berwarna cokelat muda. Hampir tak ada senyum di muka Gibran. Pandangan lurus ke depan selama melewati Jl. Letjen Suprapto dan memasuki Graha Saba Buana.
Hanya ayahandanya, Jokowi yang terlihat menebar senyum sampai terlihat giginya kepada wartawan dan warga setempat. Sementara Ibu Negara Iriana juga tersenyum dengan bibir tertutup.
“Kami menari loro blonyo sebuah tarian simbol doa yang ditujukan kepada pengantin, keluarga, dan para tamu undangan. Loro itu berarti dua dan blonyo itu berarti luluran. Artinya, loro blonyo itu simbol doa kesuburan untuk pengantin, keluarga, dan tamu. Kesuburan itu ya bisa pekerjaan, jodoh, momongan, dan seterusnya,” kata Hari Mulyatno, saat ditemui wartawan di depan Graha Saba Buana, Kamis siang.
Hari menyiapkan acara secara spontanitas dengan berkolaborasi dengan budayawan Solo Heru Mataya. Hari belum pernah latihan sebelumnya. Mereka menari dengan diiringi gending caragenen yang ditabuh para siswa SMKN 8 Solo.
“Rombongan kami itu sebenarnya simbol kereta manusia. Loro blonyo itu representasi kuda. Para penari di belakang itu simbol hiasan kereta. Dan para pengirisng Mas Gibran dan orang tua itu simbol keretanya,” ujar dia.
Hari datang mengenakan aksesoris khusus. Hari dan istri menggunakan make up berwarna putih seperti rias punakawan. Mereka mengenakan pakaian batik motif alang-alang dan jarit mtif sekar jagat.
Aksesoris di kepalanya berupa simbol ulat, burung, dan bintang yang terbuat dari daun kelapa dan seuntai padi.
Semua aksesoris itu, kata dia, memiliki makna tersendiri. Dia mengatakan ulat merupakan simbol metamorfosis dari ulat, kepompong, dan kupu-kupu.
Dia berharap Gibran dan Selvi bisa bermetamorfosis dari bujangan, berkeluarga, dan bermasyarakat. “Burung itu lambang kesuburan agar pasangan pengantin segera memiliki momongan. Bintang itu lambang agar keluarga mereka selalu jadi bintang. Sementara padi itu lambang kesejahteraan,” tutur dia.