by Haryono Wahyudiyanto - Espos.id News - Selasa, 10 Mei 2022 - 17:03 WIB
Esposin, SOLO—Megawati Soekarnoputri besok dijadwalkan menerima gelar profesor kehormatan dari Seoul Institute of the Arts (SIA) Korea Selatan. Itu merupakan kali kedua bagi Megawati setelah pada Juni 2021 mendapatkannya dari Universitas Pertahanan di Bidang Kepemimpinan Strategik. Megawati juga menyandang sembilan gelar doktor kehormatan dari kampus di dalam dan luar negeri.
Dalam lawatannya ke Seoul, Megawati juga menghadiri undangan pelantikan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol di plaza depan Gedung Parlemen Korsel, di Kota Seoul, Selasa (10/5/2022).
Nama Megawati pun disebut saat Presiden Yoon menyampaikan pidato. “Saya juga sangat berterima kasih kepada Yang Mulia Ibu Diah Permata Megawati Soekarnoputri yang datang dari luar negeri untuk merayakan kesempatan ini, dan tamu-tamu terhormat lainnya atas kehadiran mereka,” kata Presiden Yoon, seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga: Selamat! Megawati Kembali Terima Gelar Profesor Kehormatan
Baca Juga: Selamat! Megawati Kembali Terima Gelar Profesor Kehormatan
Megawati adalah putri sulung dari Presiden pertama RI yang juga proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama.
Pada suatu tugas militer, 1970, di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro bersama pesawat militernya hilang dalam tugas. Tiga tahun kemudian Mega menikah dengan pria bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring Ulu, Palembang. Kehidupan keluarganya bertambah bahagia, dengan dikaruniai seorang putri Puan Maharani.
Baca Juga: Temui Megawati, Prabowo Disebut Ingin Diduetkan dengan Puan Maharani
Megawati juga pernah belajar di dua universitas, yaitu Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972).
Baca Juga: Sederet Gelar Kehormatan Megawati, 2 Profesor dan 9 Doktor
Megawati masuk politik pada 1987 dan menjadi caleg Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dari daerah pemilihan Jawa Tengah. Megawati pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR dan terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.
Selanjutnya pada 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997.
Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik berlambang banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi presiden dibanding kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.
Baca Juga: Hadiri Pelantikan Presiden Korsel, Megawati Disebut dalam Pidato Yoon
Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung 2004. Namun, Mega gagal kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden ke-6 RI.
Kini, Megawati masih duduk di takhta tertinggi PDIP sebagai ketua umum. Sejumlah jabatan lain juga diemban Mega seperti Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), hingga Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).