news
Langganan

Popularitas Artis Tak Cukup Jadi Modal Menang Pilkada - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Newswire  - Espos.id News  -  Minggu, 15 September 2024 - 14:30 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi pilkada. (Freepik)

Esposin, JAKARTA — Akademikus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Ardli Johan Kusuma, menilai popularitas artis belum cukup untuk modal politik pada Pilkada Serentak 2024. Sebab, sekadar populer saja tidak akan bisa menembus pasar pemilih yang rasional.

"Keberadaan nama-nama deretan artis dalam Pilkada 2024 tidak akan menjamin bahwa mereka akan memenangkan pertarungan pilkada," kata Ardli saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (14/9/2024). 

Advertisement

Ardli tidak menafikan bahwa popularitas menjadi salah satu modal untuk masuk dunia politik. Akan tetapi, untuk sebuah pertarungan elektabilitas dalam Pilkada 2024 tidak bisa hanya mengandalkan popularitas saja.

Menurut dia, bila dibandingkan dengan Pemilu 2024, terutama pada pemilihan umum anggota legislatif, banyak sederet artis yang mengikuti kontestasi tersebut. Namun, pada kenyataannya lebih dari 80% gagal terpilih.

Advertisement

Menurut dia, bila dibandingkan dengan Pemilu 2024, terutama pada pemilihan umum anggota legislatif, banyak sederet artis yang mengikuti kontestasi tersebut. Namun, pada kenyataannya lebih dari 80% gagal terpilih.

"Ini membuktikan bahwa populer saja masih belum cukup untuk dijadikan modal politik," katanya lagi sebagaimana dilansir Antara

Pada pilkada sebelumnya, kata dia, ada juga beberapa artis yang berhasil memenangi pilkada, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi.

Advertisement

"Mereka tidak hanya mengandalkan popularitas untuk mencalonkan diri, tetapi membuktikan bahwa mereka memiliki pengalaman politik yang cukup, misalnya menjadi kader partai politik dalam waktu yang cukup lama," katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Network for Democracy and Electoral Integrity (NETGRIT) Hadar Nafis Gumay menilai banyaknya artis yang jadi calon kepala daerah pada Pilkada 2024 membuktikan bahwa partai politik gagal mencetak kader berkualitas.

"Ini bukti ketidakmampuan partai politik dalam menyiapkan kader lengkap dan tuntas," kata Hadar.

Advertisement

Menurut Hadar, partai politik seharusnya dapat membaca kebutuhan masyarakat ataupun wilayah tempat pilkada berlangsung.

Setelah membaca kebutuhan tersebut, lanjut Hadar, tugas partai selanjutnya adalah menyiapkan kader yang memiliki pengalaman dan kapabilitas yang dapat menjawab seluruh permasalahan masyarakat.

Meski demikian, kata dia, partai politik malah lebih memilih mencalonkan tokoh dari kalangan artis sebagai kepal daerah.

Advertisement

"Itu wujud pragmatisme berlebihan, jalan pintas mencari suara," katanya.

Advertisement
Chelin Indra Sushmita - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif