by Adam Aryo G - Espos.id News - Senin, 13 November 2023 - 09:03 WIB
Esposin, SOLO - Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT) mendorong eksistensi bahasa dan budaya Jawa di era digital. Dibutuhkan semangat konservasi, terutama dari anak muda untuk melindungi warisan budaya Jawa tersebut di tengah siklus perubahan zaman.
Kepala BBPJT, Syarifuddin mengatakan bahasa Jawa merupakan penyumbang kosakata terbanyak dalam perbendaharaan bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, dibutuhkan semangat untuk memelihara dan merawat bahasa Jawa, baik mikro maupun makro untuk pelindungan bahasa Jawa di tengah era digital.
“Secara tidak disadari, kehadiran Balai Bahasa memiliki peran untuk mempertahankan eksistensi bahasa dan sastra daerah. Tugas kami yaitu melakukan revitalisasi bahasa daerah, pengembangan literasi, juga internasionalisasi bahasa Indonesia,” kata Syarifuddin saat memberikan sambutan dalam kegiatan sarasehan sastra dan budaya di Pendopo Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jumat (10/11/2023).
Dalam kegiatan yang digelar BBPJT dan PUI Javanologi UNS ini, diharapkan bisa memantik sinergi semua elemen, terutama pegiat budaya dan sastra untuk peduli terhadap eksistensi bahasa dan sastra daerah. “Kegiatan ini sekaligus membedah nilai-nilai kearifan lokal pada naskah Jawa kuno yang sarat panduan hidup yang luar biasa,” imbuhnya.
Sarasehan bertajuk Nilai dan Kearifan Lokal dalam Naskah Jawa ini menghadirkan guru besar antropologi dari Universitas Gadjah Mada yakni Heddy Shri Ahimsa-Putra dan Kepala PUI Javanologi UNS, Teguh Sahid Widodo. Hadir pula narasumber lain yaitu Bandung Mawardi dan Rendra Agusta sebagai peneliti naskah kuno. Kegiatan ini diikuti setidaknya seratusan peserta dari berbagai kalangan.
Kepala PUI Javanologi UNS, Teguh Sahid Widodo memaparkan mengenai konservasi sosial pada Serat Centhini. Dalam pemaparannya, Serat Centhini digambarkan sebagai salah satu karya sastra Jawa kuno paling terkenal pada abad ke-19.
Menurutnya, Serat Centhini memuat berbagai ilmu pengetahuan dan nilai kearifan hidup masyarakat Jawa pada masa lalu. Bahkan, dalam serat itu terdapat kajian tentang ilmu lingkungan hidup, pengetahuan tentang flora dan fauna, hingga ilmu sosial ekonomi dan spiritual Jawa.
“Menariknya Serat Centhini ialah mengajarkan menjadi orang Jawa. Artinya, menghilangkan alasan apa pun untuk membenci orang lain,” jelasnya.
Sementara, Heddy Shri Ahimsa-Putra mengulas kajian antropologi bahasa Jawa yang memiliki kontribusi besar terhadap kosakata bahasa Indonesia.