by Dhima Wahyu Sejati - Espos.id News - Selasa, 23 Juli 2024 - 11:59 WIB
Esposin, SOLO—Sebanyak 252 siswa kelas VIII SMPN 18 Solo yang ada di Kadipiro, Banjarsari, Solo, mengikuti edukasi tentang antikekerasan di halaman sekolah setempat, Selasa (23/7/2024). Kegiatan tersebut dalam rangka Memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2024.
Kegiatan itu diinisiasi oleh Yayasan Kepedulian untuk Anak (Kakak) bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Solo.
Dalam kegiatan itu dibagi menjadi empat pos yang masing-masing terdapat media pembelajaran. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan secara bergiliran mendatangi ketiga pos tersebut.
Koordinator kegiatan dari Yayasan Kakak, Intan Hadiah Rastiti, mengatakan pada pos pertama siswa diajak untuk mengenal hak-hak anak. Kemudian pada pos kedua, pihaknya memperkenalkan semua jenis kekerasan terhadap anak.
Koordinator kegiatan dari Yayasan Kakak, Intan Hadiah Rastiti, mengatakan pada pos pertama siswa diajak untuk mengenal hak-hak anak. Kemudian pada pos kedua, pihaknya memperkenalkan semua jenis kekerasan terhadap anak.
Setelah mendapatkan materi dari pos satu sampai tiga, padai pos empat siswa diajak menjadi pelopor dan pelapor (2P) jika terjadi kekerasan di lingkungan sekolah.
“Setelah kegiatan ini kami harap anak-anak berani menyuarakan stop kekerasan. Kedua, ketika terjadi kekerasan mereka tahu, harus bagaimana, harus ke mana, jadi outputnya anak-anak jadi berdaya,” kata dia ketika ditemui wartawan di sela-sela acara, Selasa (23/7/2024).
“Ini diadakan karena kalau kita lihat angka kekerasan [terhadap anak] tidak pernah turun. Kanapa juga kami memilih anak SMP, karena berdasarkan angka kasus yang kami dampingi pada 2023, terbanyak adalah anak usia SMP,” kata dia.
Kepala SMPN 18 Solo, Endang Puji Rahayu, berharap kegiatan tersebut bisa menjadi pemantik untuk mewujudkan sekolah zero kekerasan terhadap anak. Dia ingin agar siswanya bisa memiliki rasa toleransi yang tinggi.
“Sehingga tidak ada tindak kekerasan, tidak ada bullying antarteman, sehingga saling menghargai,” kata dia ketika ditemui wartawan di sela-sela acara, Selasa (23/7/2024).
Dia mengatakan kekerasan terhadap anak menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah. Terlebih menurutnya salah satu faktor pemicu adanya tindak kekerasan dipengaruhi oleh tontonan di media sosial.
“Mungkin juga karena faktor keluarga yang broken home dan sebagainya, sehingga menjadi tantangan tersendiri. Kami selalu mengajak anak-anak agar menyayangi sesama,” kata dia.