by Bernadheta Dian Saraswati Jibi Harian Jogja - Espos.id News - Senin, 14 November 2016 - 07:20 WIB
Harianregional.com, JOGJA-Kondisi perekonomian Indonesia pada 2017 mendatang diprediksi membaik. Setidaknya jika pertumbuhan tahun 2016 ini bisa mencapai 5,1%, maka tahun depan bisa 5,3%. Hal ini disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK RI Firdaus Djaelani, Minggu (13/11/2016).
Ia mengakui sejak 2015 lalu perekonomian Indonesia memang sedikit terganggu di beberapa sektor, salah satunya pertambangan minyak yang harganya anjlok. Namun tahun depan kondisinya akan pulih.
"Indikasinya pertambangan sudah mulai tumbuh, permintaan batubara naik lagi, minyak sawit juga tumbuh lagi," kata Firdaus di Jogja.
Kondisi perbankan hingga triwulan tiga 2016 ini menurutnya juga menunjukkan kondisi yang sehat. Tingkat Non Performing Loan (NPL) perbankan hanya mencapai 2% dari ketentuan maksimal 5% dan Capital Adequacy Ratio (CAR) juga di atas 20%. "Kondisi perbankan sehat," tegasnya.
Hal yang sama juga terjadi untuk perusahaan asuransi. Pada 2015, kegiatan usaha asuransi tidak seperti yang diharapkan. Bahkan multifinance bisa dikatakan tidak tumbuh. Namun sampai triwulan II 2016, kegiatan asuransi bisa tumbuh 20%.
Tingkat kesehatan asuransi dari angka yang ditentukan minimal 120%, pada asuransi umum bisa tumbuh 250%, sementara asuransi jiwa tumbuh paling pesat hingga 500%.
Multifinance memang hanya tumbuh satu digit yaitu 5% tetapi tingkat NPLnya tetap terkontrol di angka 2,5%.
Menurutnya, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat hanya memberi pengaruh sesaat pada kondisi perekonomian Indonesia. "Pastilah Amerika Serikat sebagai negara adikuasa yang besar, dia [Donald Trump] tidak akan seperti yang dikampanyekan karena jika tidak sesuai dengan belahan negara lain justru akan memukul negaranya," ungkap Firdaus.