by Newswire - Espos.id News - Senin, 27 September 2021 - 18:07 WIB
Esposin, Sleman — Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Wawan Mas'udi, menilai pertemuan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sebagai bentuk komunikasi politik.
Dua tokoh itu, Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, kompak menghadiri acara tradisi Yaqowiyu di Kabupaten Klaten, akhir pekan lalu. Sejumlah pihak menilai kedatangan kedua sosok yang digadang-gadang maju pemilihan presiden (Pilpres) 2024 itu dalam satu acara dinilai sebagai bentuk komunikasi politik.
Pengamat politik UGM, Wawan Mas'udi, menilai pertemuan keduanya merupakan kewajiban Ganjar sebagai gubernur untuk mendampingi menteri. Namun dia tidak menampik ada bentuk komunikasi politik yang digambarkan Ganjar dan Airlangga di balik pertemuan tersebut.
Dekan Fisipol UGM itu menjelaskan komunikasi politik bisa berarti banyak hal. Salah satunya menunjukkan ada komunikasi antara kedua tokoh politik tersebut.
Baca Juga: Jekek Lanjutkan Program Beasiswa Mahasiswa Berprestasi Wonogiri
"Itu saya kira bentuk komunikasi politik yang wajar saja antarpolitisi. Ya tentu tujuan komunikasi politik itu banyak hal ya. Otomatis kalau dikaitkan dengan 2024 masih akan sangat jauh. Tetapi, setidaknya para politisi, para figur utama yang punya potensi itu saling berkomunikasi satu sama lain," kata Wawan saat dihubungi wartawan seperti dikutip dari Detik.com, Senin (27/9/2021).
Wawan enggan memprediksi peluang Ganjar dan Airlangga berpasangan dalam Pilpres 2024. Wawan berpendapat bentuk komunikasi para politikus saat ini masih belum bisa dibaca karena Pilpres 2024 masih lama.
"Kalau menurut saya kok masih terlalu jauh ya untuk diprediksi sekarang. Maksudnya komunikasi yang ada itu belum akan ke arah pada proses untuk pengajuan calon presiden wapres. Masih belum ke situ. Yang muncul sekarang adalah bentuk-bentuk komunikasi politik antarpolitisi. Belum bisa dibaca lebih jauh dari itu," ungkapnya.
Baca Juga: Anggota DPR: Kurang Anggaran Bikin Digitalisasi Buku Solo Tak Maksimal
Sementara Airlangga, menurut Wawan, elektabilitasnya masih jauh di bawah Ganjar. Meski begitu, Partai Golkar mengusung Airlangga menjadi calon presiden.
"Artinya ketika beliau tidak menjabat nanti belum tentu popularitasnya akan tetap tinggi seperti kalau Ganjar ada di dalam spotlight pembicaraan politik. Pak Airlangga sejauh ini kan tidak cukup populer ya, tidak cukup menarik minat masyarakat ya terkait pencalonan presiden," ungkap dia.
Tetapi, Wawan menyebut Airlangga memiliki modal politik cukup kuat, yakni Menko Perekonomian dan Ketua Umum Partai Golkar. "Harus diingat modal Pak Airlangga secara politik lumayan kuat. Satu beliau sebagai menteri, kedua beliau Ketum Golkar. Artinya dari sisi modal politik Pak Airlangga cukup. Tetapi kan masalahnya tingkat popularitas atau kesukaan masyarakat faktornya macem-macem.”