news
Langganan

NILAI RAPOR TANPA ANGKA : Belum Ada Sosialisasi di DIY - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Abdul Hamied Razak Jibi Harian Jogja  - Espos.id News  -  Selasa, 3 Desember 2013 - 15:15 WIB

ESPOS.ID - ilustrasi

Harianregional.com, JOGJA-Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY Kadarmanta Baskara Aji belum mengetahui rencana penerapan sistem rapor tanpa angka untuk siswa SD pada 2014. Meski begitu, pihaknya siap melaksanakannya dengan catatan perlu ada perubahan terhadap metode pembelajaran siswa SD.

Saat dihubungi, Senin (2/12/2013), Aji mengatakan, pihaknya belum menerima instruksi maupun surat pemberitahuan resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait penerapan sistem rapor tanpa angka itu. “Tapi, kalaupun benar dilaksanakan, harus ada perubahan metode pembelajaran siswa SD. Tidak bisa terus seperti saat ini. Kalau tidak diubah, tentu akan menimbulkan masalah,” ujar Aji.

Advertisement

Sekadar diketahui, Kemendikbud berencana mulai 2014 menerapkan sistem rapor tanpa angka. Kebijakan tersebut berdampak pada tidak akan ada siswa yang tinggal kelas. Dalam rapor siswa SD nantinya, penilaian dilakukan dengan menuliskan deskripsi mengenai prestasi, kemampuan serta kekurangan masing-masing siswa. Hal tersebut dilakukan karena Kemendikbud mempertimbangkan dampak negatif psikologi bagi anak.

Dan sebagai wujud keseriusan pelaksanaan, Kemendikbud pun telah melakukan pelatihan tentang sistem rapor tersebut pada perwakilan dari 6.000 sekolah se-Indonesia di tahun ini. “Untuk wilayah DIY, guru-guru kami belum mendapatkan pelatihan sebagaimana dimaksud itu,” kata Aji.

Dengan metode pembelajaran yang diterapkan saat ini, sambung Aji, tidak mungkin tidak ada anak yang tinggal kelas. Pasalnya, semua anak dikumpulkan dan mendapat materi serta treatment yang sama. Karenanya, untuk mengetahui kemampuan para siswa perlu metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.

Advertisement

“Metode itu bisa dilakukan mulai kelas IV SD. Guru melakukan identifikasi kemampuan anak agar bisa membedakan metode pembelajaran yang diterapkan. Dengan begitu, maka anak akan memperoleh materi dan treatment sesuai dengan kemampuan mereka. Ini bukan membeda-bedakan anak, tapi cara pembelajarannya yang perlu dibeda-bedakan,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Wisnu Wardhana - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif