by Newswire - Espos.id News - Selasa, 15 Oktober 2019 - 19:40 WIB
“Secara tepretis polisi tahu kan, jadi enggak usah dibesar-besarkan,” kata Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, seperti dikabarkan Antara, Selasa (15/10/2019).
Abdul Mu’ti menyarankan pelaku crosshijaber yang dianggap mengalami kelainan atau perbedaan psikologis sebaiknya diberi pembinaan. Dia menegaskan sengaja memakai busana yang berbeda dengan jenis kelaminnya seperti crosshijaber jelas tidak boleh dilakukan menurut agama. Dia mendesak polisi mengusut tuntas soal crosshijaber.
“Penyelidikan Polri itu bukan menjadikan mereka pelaku tindak kriminal tapi memastikan siapa mereka apa motifnya dan polisi bisa melacak karena mereka punya akun media sosial,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, crosshijaber merupakan julukan untuk pria yang suka memakai busana muslimah. Model busana yang seringkali dipakai adalah baju panjang dan lebar.
Kadang, mereka melengkapi penampilan dengan jilbab dan cadar untuk menyempurnakan penyamaran. Sehingga tidak ada yang tahu kalau sebenarnya orang di balik busana muslimah itu adalah seorang pria.
Menariknya, para crosshijaber ini mengaku tidak mengalami penyimpangan orientasi seksual. Ironisnya lagi, mereka punya komunitas, seperti yang dipublikasikan di akun Instagram @crosshijaber. Beberapa crosshijaber bahkan nekat masuk ke masjid dan bergabung dengan jemaah wanita.