news
Langganan

Menteri Pertanian: Sweeping Penjual Tempe Tidak Fair! - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Jibi Solopos Dtc  - Espos.id News  -  Rabu, 25 Juli 2012 - 20:41 WIB

ESPOS.ID - detik img

JAKARTA--Aksi sweeping kepada pedagang tahu tempe disesalkan Menteri Pertanian, Suswono. Dia menilai sweeping tersebut tidak sepantasnya dilakukan.

Advertisement

"Itu kan tidak benar, yang mau usaha biar jalan dan itu tidak fair. Artinya menghentikan orang cari rezeki dan pekerjaan," kata Suswono kepada wartawan usai acara buka bersama di kediaman Marzuki Alie, Jl Widya Chandra, Jakarta, Rabu (25/7/2012).

Suswono meminta para pedagang dibiarkan bebas menjual tahu dan tempe. Dia menilai aksi sweeping yang dilakukan kontraproduktif.

"Jangan bangun solidaritas seperti itu. Orang mau kerja, mau mencari nafkah, ya biarkan. Jangan terbiasa melakukan hal yang sama. Karena kan harus menghidupi keluarga toh, kenaikan harga ini kan juga tidak seberapa," ujarnya.

Advertisement

Seperti diberitakan, selama tiga hari ke depan perajin tahu dan tempe di Jakarta akan mogok membuat tahu dan tempe. Hal itu dikarenakan mahalnya harga bahan bau pembuatan kacang dan kedelai. Bahkan ada aksi sweeping terhadap perajin tahu dan tempe yang masih berjualan di pasar.

Sementara itu, ratusan box tahu tempe hasil razia ditimbun di Jalan Persahabatan 10, Rawamangun, Jakarta Timur, yang merupakan kantor Koperasi Pengrajin Tahu-Tempe Indonesia.

Tahu-tempe itu merupakan hasil razia yang dilakukan oleh anggota Gabkoptindo (Gabungan Koperasi Pengrajin Tahu-Tempe Indonesia) yang dipimpin oleh Suyanto selaku Sekjen Gabkoptindo.

Advertisement

"Hampir ratusan kilo," ucap Suyanto kepada wartawan, Rabu (25/7/2012), perihal banyaknya tahu-tempe yang sudah disita itu. Tahu-tempe sebanyak itu, hingga saat ini dibiarkan begitu saja.

"Memang kami biarkan begitu saja, kalau tidak ada yang mengambil, ya kami buang," ujar Suyanto yang ditemui di ruangannya. Seperti yang diucapkan Suyanto, hasil sitaan tersebut memang tidak akan digunakan untuk keperluan apapun, dibiarkan begitu saja. Jelas, istilah yang tepat adalah mubazir.

Memang, razia tahu-tempe ini digunakan untuk menekan pemerintah agar lebih baik mengurus kenaikan kedelai yang sangat signifikan belakangan ini. "Bulan Juli harga kedelai masih Rp 6.500 per kilo. Bulan Juni sudah mencapai Rp 8.200," jelas Suyanto yang memakai kacamata saat menjelaskan kenaikan kedelai belakangan ini.

Ketika ditanya apakah tahu-tempe itu akan dipergunakan, misalnya untuk digoreng dan diberikan kepada rakyat miskin sebagai lauk sahur? Suyanto hanya menjawab dengan santai, "Itu bukan milik kita. Kalau kita pakai atau bagikan, kita yang salah."

Hingga saat ini, tahu-tempe yang dirazia dari sejumlah pasar, antara lain pasar Rawamangun, Pasar Klender,dan Pasar Ciracas, hanya didiamkan begitu saja. Didiamkan dan menjadi berbau, menunggu untuk dibuang, menjadi sesuatu yang mubazir.

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif