by Mariyana Ricky P.d - Espos.id News - Selasa, 30 Mei 2023 - 09:57 WIB
Esposin, JAKARTA — Istilah Kristen Muhammadiyah viral menjadi sorotan beberapa hari terakhir. “Aliran” baru tersebut merujuk pada seseorang yang beragama Kristen namun menjadi simpatisan Muhammadiyah.
Mengutip laman resmi Muhammadiyah, diakses Selasa (30/5/2023), fenomena unik Kristen Muhammadiyah berdasarkan penelitian yang dilakukan Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq yang kemudian disusun dalam buku utuh dengan judul Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tertarik dengan buku ini dan menggelar acara bedah buku.
Bekerjasama dengan Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, acara bedah buku ini digelar pada pada Senin (22/5/2023) di Kantor Kemendikbudristek, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta.
Bekerjasama dengan Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, acara bedah buku ini digelar pada pada Senin (22/5/2023) di Kantor Kemendikbudristek, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta.
Menurut Ketua LKKS PP Muhammadiyah, Fajar Riza Ulhaq, buku ini menggambarkan situasi toleransi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal).
Daerah-daerah pinggiran Indonesia yang dimaksud adalah Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT); Serui, Papua; dan Putussibau, Kalimantan Barat (Kalbar).
Namun, perlu dicatat bahwa interaksi tersebut tidak menghilangkan identitas mereka sebagai penganut agama Kristen yang taat.
“Kami tidak menduga ketertarikan dan antusiasme masyarakat (pembaca) terhadap karya ini masih sedemikian besar hingga saat ini, meskipun buku ini pernah diterbitkan 2009 silam. Inilah kontribusi Muhammadiyah dalam membangun generasi Indonesia yang lebih toleran, inklusif, dan terbiasa hidup bersama dalam perbedaan,” ucap Fajar.
Selain itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyampaikan pada awalnya, buku ini diterbitkan pada 2009 namun datanya kurang detail.
Namun, kali ini, menurut Mu`ti, buku yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (Kompas Gramedia) telah mengalami penyempurnaan yang komprehensif dan juga telah diperbaiki dengan baik.
“Terutama pada bagian bab dua dalam buku ini dijelaskan tentang akar pluralisme dalam pendidikan Muhammadiyah di tingkat akar rumput,” kata Mu`ti.