news
Langganan

MAHASISWA UII MENINGGAL : Firasat Orangtua Menyelamatkan Tirta dari Diksar Maut - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Arif Wahyudi Jibi Harian Jogja  - Espos.id News  -  Kamis, 26 Januari 2017 - 11:55 WIB

ESPOS.ID - Suasana basecamp Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Islam Indonesia (Mapala Unisi), Selasa (24/1/2017). (Arif Wahyudi/JIBI/Harian Jogja)

Mahasiswa UII meninggal saat Pendidikan Dasar (Diksar) The Great Camping (TGC) XXXVII yang digelar Mahasiswa Pecinta Alam

Harianregional.com, SLEMAN- Muhammad Tirta, menjadi salah satu mahasiswa yang beruntung seputar pelaksanaan Pendidikan Dasar (Diksar) The Great Camping (TGC) XXXVIII yang digelar Mapala Unisi di Lereng Gunung Lawu, beberapa waktu lalu.

Advertisement

Tirta, sapaan akrabnya menjadi salah satu mahasiswa yang menyatakan mengundurkan diri dalam Diksar Mapala itu. Dia belum sempat menuju lokasi Diksar yang terletak di Bumi Intanpari, Karanganyar.

Mahasiswa D3 Jurusan Manajemen Perusahaan Universitas Islam Indonesia (UII) angkatan 2016 itu menyatakan mundur, sehari jelang keberangkatan ke Lereng Gunung Lawu.

Advertisement

Mahasiswa D3 Jurusan Manajemen Perusahaan Universitas Islam Indonesia (UII) angkatan 2016 itu menyatakan mundur, sehari jelang keberangkatan ke Lereng Gunung Lawu.

Keputusan remaja asal Cilacap itu untuk mundur ini bukan perkara dia takut sebelum menghadapi kegiatan di alam bebas itu. Tirta jauh dari rasa takut itu karena dia sudah memantapkan niat untuk menjadi Mapala. Tapi apa daya baginya, secara mendadak tiba-tiba orangtuanya menelponnya untuk segera kembali  ke Cilacap.

"Intinya bapak menelpon agar saya kembali ke Cilacap, enggak perlu ikut Diksar. Bapak juga bilang harus segera pulang karena karena ada acara keluarga yang mendadak, enggak tahu acaranya apa," paparnya kepada Harianregional.com, Rabu (25/1/2017) malam.

Advertisement

Padahal sebelumnya, Tirta juga sudah meminta izin kepada kedua orangnya karena persyaratan peserta ikut Diksar adalah harus melampirkan surat izin kedua orangtua. Tirta pun ketika pulang menyampaikan surat persetujuan orangtua itu.

"Oleh bapak cuma ditanya, kamu benar mantap ikut Mapala? Kalau mantap ya terserah kamu, bapak setuju saja," jelasnya mengisahkan sebagaimana nasehat ayahnya.

Surat persetujuan dari kedua orangtua pun dia dapatkan sehingga lega hatinya. Dia pun melengkapi surayt izin itu dengan surat keterangan dokter sebagaimana keterangan yang juga harus dilampirkan sebagai persyaratan bisa ikut Diksar. Tirta mencari surat keterangan dokter di klinik kampus UII. Kondisinya sehat dan memenuhi persyaratan untuk ikut Diksar.

Advertisement

Begitu syarat sudah lengkap, Tirta menyerahkan ke basecamp Mapala Unisi yang berada di Jalan Cik Ditiro Jogja.

Setelah semua kelengkapan syarat beres, Tirta diharuskan mengikuti serangkaian tes. Dia harus melalui ujian fisik dan wawancara. Dua ujian itu dia lalui dengan mulus. Ujian fisik menurut dia tidak terlalu berat. Hanya lari mengelilingi jalan di sekitar kampus sebanyak tiga kali dan push up.

"Enggak berat ujian fisiknya," jelasnya.

Advertisement

Ujian wawancara juga dia lalui dengan sukses. Hingga akhirnya panitia menyodorkan surat pernyataan yang harus ditandatanganinya. Di dalam surat pernyataan bermaterai Rp6000 itu ketentuannya tidak bertele-tele. Termasuk tidak menyebutkan peserta tidak bisa menuntut apabila selama Diksar terjadi risiko kematian.

"Saya sudah tanda tangani dan kembalikan ke panitia. Pokoknya tinggal berangkat saja," bebernya.

Tapi dalam perkembangannya, tiba-tiba orangtuanya menyuruhnya kembali pulang sehingga mau tidak mau mengubur impian mengikuti Diksar.

Secara pribadi sebenarnya Tirta tidak memiliki firasat buruk apa pun tentang Diksar yang akan diikutinya. Tapi memang firasat orangtua kadang harus diakui lebih tajam dari sang anak.

Hingga akhirnya kabar Duka Diksar itu terdengar kemana-mana. Orangtua Tirta pun mengetahui kabar itu. Ayahnya pun akhirnya dengan tegas menyuruhnya berpikir ulang apabila kembali memantapkan niat untuk ikut Diksar.

"Bapak bilang urusan Diksar tidak hanya melibatkan saya dengan panitia saja. Tapi orangtua harus diajak berpikir cermat," paparnya sebagaimana nasehat ayahnya.

Keinginan menggebu untuk ikut Mapala datang dari diri pribadi seorang Tirta. Selama ini tidak ada paksaan dari teman yang membuatnya tergiur masuk Mapala Unisi. Keinginannya hanya satu, menjadi Mapala sejati. Namun hasrat itu belum bisa menjadi nyata saat ini.

Advertisement
Nina Atmasari - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif