by Jafar Sodiq Assegaf Jibi Solopos Newswire - Espos.id News - Rabu, 11 Juni 2014 - 12:27 WIB
Raeni dikenal sebagai mahasiswi yang cerdas. Dia beberapa kali mendapat indeks prestasi sempurna, 4. Saat lulus Raeni jadi wisudawati terbaik dengan IPK 3,96. Namun bukan itu yang membuatnya jadi pusat perhatian.
Yang menarik adalah gambarnya yang dipajang di situs resmi Unnes, Rabu (11/6/2014). Dalam gambar itu penerima beasiswa Bidik Misi ini diantar oleh ayahnya, Mugiyono, menggunakan becak. Kendati demikian, senyum bangga tetap menghiasi wajah Rani juga sang bapak.
Dilansir Liputan6, Rabu, Ayahanda Raeni memang bekerja sebagai tukang becak, yang setiap hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal.
Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono, setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Sebagai tukang becak, diakuinya, penghasilnnya tak menentu. Sekitar Rp 10.000–Rp 50.000. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp450.000 per bulan.
Rektor Prof Dr Fathur Rokhman MHum mengatakan, apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.
"Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Sampai saat ini Unnes menyediakan 26 persen dari jumlah kursi yang dimilikinya, untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni," kata Fathur.
Fathur bahkan yakin, dalam waktu tak lama lagi akan terjadi kebangkitan kaum dhuafa. "Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum terpelajar baru. Mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin republik ini," ucap Fathur.
Harapan itu terasa realistis, karena jumlah penerima Bidik misi lebih dari 50.000 per tahun. Unnes sendiri menyalurkan setidaknya 1.850 Bidikmisi setiap tahun.