by Bhekti Suryani Jibi Harian Jogja - Espos.id News - Kamis, 28 Maret 2013 - 19:43 WIB
JOGJA -- Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X meminta tragedi Cebongan, Sleman tak dikaitkan dengan isu SARA lantaran korban berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ini bertolak adanya isu sweeping terhadap warga asal NTT di Jogja pasca peristiwa penusukan anggota TNI di Hugo's Cafe yang melibatkan empat tersangka asal NTT. Hingga berujung penembakan gerombolan bersenjata kepada empat tersangka di Lembaga Pemasayarakatan (Lapas) Cebongan, Sleman, Sabtu (23/3/2013) dinihari lalu.
Sultan mengatakan, aksi kekerasan tersebut tak seharusnya berujung SARA dengan menonjolkan etnik tertentu. Hanya kebetulan, peristiwa pembunuhan di Hugo's Cafe dan penembakan di Cebongan melibatkan tersangka dari NTT.
“Sebetulnya tidak hanya NTT, kekerasan itu yang lain juga ada kekerasan. Dalam arti kekerasan fisik, kita juga menyaksikan antar mahasiswa berkelahi, itu jangan dilakukan apa tidak bisa lewat dialog. Itukan faktanya tidak hanya NTT tapi juga yang lain,” tegas Sultan.
Karena itu pula dirinya lanjut Sultan tak pernah menyebut etnik tertentu yang menjadi penyebab sejumlah aksi kekerasan tersebut. “Makanya saya tidak pernah katakan orang NTT yang di Jogja tapi masyarakat Jogja sebagian NTT. Karena siapapun yang sekolah di Jogja jadi bagian dari masyarakat Jogja,” lanjutnya.
Belasan gerombolan bersenjata pada Sabtu (23/3/2013) dinihari menembak mati empat tahanan di Lapas Cebongan Sleman. Peristiwa itu terjadi tak lama setelah anggota Kopasus Sertu Santoso tewas ditusuk di Hugo’s Cafe pada Selasa (19/3/2013) yang menyeret empat tersangka yang tak lain korban penembakan.