by Newswire - Espos.id News - Minggu, 5 Desember 2021 - 23:05 WIB
Esposin, MALANG — Jembatan Gladak Perak yang merupakan jalanan akses utama antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terputus akibat letusan Gunung Semeru.
Jembatan ini membuat pengendara yang ingin melintas harus putar balik. Namun, salah satu pengendara ada yang merekam sebelum kejadian jembatan Gladak Perak terputus.
Dilansir Okezone dari video unggahan akun TikTok @erfina3457, terlihat suasana satu jam terakhir sebelum jembatan Gladak Perak terputus.
Tampak di lokasi itu diguyur hujan deras dan kabut, sang sopir yang takut sambil mengendarai kendaraannya itu langsung dirinya mengumandangkan suara azan.
Tampak di lokasi itu diguyur hujan deras dan kabut, sang sopir yang takut sambil mengendarai kendaraannya itu langsung dirinya mengumandangkan suara azan.
Melihat unggahan video tersebut, banyak sekali komentar para netizen terharu melihat kejadian itu. Tak lupa juga saling mendoakan agar diberikan perlindungan dan keselamatan.
“Ikutan nangis, ya Allah moga ketika jembatan putus gaada kendaraan yang melintas,” ujar salah satu netizen @hidhaluthu.
Baca Juga: Ini Dia Mitos tentang Gunung Semeru yang Perlu Anda Tahu
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat terdapat sebanyak 28 sekolah yang terdampak langsung akibat bencana alam erupsi Gunung Semeru.
Sebanyak 28 sekolah ini tersebar di dua Kecamatan yakni Kecamatan Prono Jiwo dan Kecamatan Candi Puro.
“Jadi total untuk satuan pendidikan pendidikan yang terdampak langsung itu sejumlah 6 sekolah di Kecamatan Candi Puro dan 22 sekolah di Kecamatan Prono Jiwo," ujar Plt. Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam jumpa pers, Minggu (5/12/2021).
Abdul merinci terdapat sebanyak enam sekolah yang terdampak langsung terdiri dari PAUD yang berjumlah 4 sekolah di Candi Puro. Sementara, sebanyak 9 sekolah PAUD terdampak langsung di Prono Jiwo.
Adapun untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) di masing-masing kecamatan yang terdampak langsung masing-masing berjumlah 9 sekolah. Sementara untuk jenjang SMP yakni 2 sekolah di Candi Puro dan 3 sekolah di Prono Jiwo.
“Untuk SMK di Candi Puro (terdampak langsung) satu sekolah,” jelasnya.
Adapun, 1.300 orang kini tengah berada di pengungsian. “Masyarakat yang terdampak baik awan panas guguran di dua kecamatan kemudian masyarakat terdampak debu vulkanik di delapan kecamatan itu totalnya 5.205 jiwa, dengan 1.300 orang di pengungsiaan,” jelas Abdul dalam konferensi pers daring, Minggu (5/12/2021).
Hingga Minggu malam korban meninggal tercatat 15 orang, puluhan terluka bakar dan puluhan lainnya masih hilang.