by Dinda Leo Listy Jibi Harian Jogja - Espos.id News - Rabu, 26 Desember 2012 - 16:37 WIB
BANTUL– Duduk di depan posko SAR Parangtritis, Rabu (26/12) siang, Didit Prayoga, 15, menatap ombak dengan mata sembab. “Saya tidak menyangka Duyut bakal pergi secepat itu,” kata siswa kelas tiga SMP N 1 Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah itu.
Duyut adalah panggilan Prihandoyo, 13, korban ombak Pantai Parangtritis yang hingga kemarin sore belum ditemukan jasadnya. Menurut Didit, sekitar setengah jam sebelum tergulung ombak, siswa kelas 2 di SMP N 1 Tawangmangu itu sempat meneriakkan kata happy ending.
“Mungkin karena saking senangnya bisa liburan dengan bermain di pantai,” ujar Didit. Namun, takdir berkata lain. Demi menyelamatkan bola plastik yang terlempar ke pantai, remaja asal Desa Banjarsari, Tawangmangu itu justru terseret ombak besar yang datang mendadak.
Diduga, anak keenam dari delapan bersaudara dari pasangan Legimin dan Sumarti itu hilang tertelan palung laut. “Sejak berangkat dari rumah, Selasa (25/12/2012), Duyut sangat ceria. Biasanya dia pendiam, jarang ngomong,” jelas Yati, 35, salah satu dari 12 rombongan wisatawan asal Tawangmangu itu.
Yati menuturkan, rombongan tiba di Parangtritis sejak Selasa (25/12/2012) malam. Sebelumnya, mereka sempat mengisi waktu dengan jalan-jalan di Malioboro, Jogja. Di sepanjang perjalanan, Duyut banyak bercerita. Bahkan, ia sering tidak menggubris teman-temannya yang ikut nimbrung.