by Newswire - Espos.id News - Jumat, 12 Januari 2024 - 13:56 WIB
Esposin, SOLO -- Wakil Presiden RI periode 2004—2009 dan 2014—2019 Jusuf Kalla (JK) mengatakan bukan kali ini saja Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Indonesia membeli alutsista bekas, tetapi dengan harga jauh lebih murah tidak seperti saat ini.
"Saya kira pemerintah kan tidak satu kali ini beli bekas, tetapi selalu murah. Murah sekali barang bekas itu sebetulnya, apalagi kalau sudah tua," kata JK di Jakarta, Rabu (10/1/2024).
Menurut dia, yang dipermasalahkan terkait pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas itu pada Debat Capres 2024 putaran ketiga adalah karena harganya yang terlalu tinggi untuk mendapatkan pesawat berusia 25 tahun.
Dengan harga tersebut, kata JK, tentu sangat tidak layak mengingat teknologi yang didapatkan juga telah tertinggal jauh karena masih memakai teknologi tahun pembuatannya.
"Sebetulnya bukan hanya bekas, berapa harga bekas itu? Itu hal yang berbeda. Kalau ini kan harganya rata-rata Rp1 triliun satu pesawat. Pesawat yang umurnya 25 tahun," tuturnya sebagaimana dikutip dari Antara, Jumat (12/1/2024).
JK menambahkan, ada dua tolok ukur ketika hendak membeli pesawat bekas. Yaitu umur dan jam terbangnya. Umur sangat berpengaruh pada teknologi yang ada di dalam pesawat tersebut.
"Kalau beli baru, pasti teknologi baru. Di samping itu, jam terbangnya berapa, semua ada aturannya kalau pesawat terbang, yang penting itu," katanya.
Sebelumnya, calon presiden (capres) Anies Baswedan mengatakan bahwa alutsista harus berdasarkan kebutuhan terkini di Indonesia, bukan karena selera dari Menteri Pertahanan.
Pada debat Minggu (7/1/2024) lalu dia menjelaskan bahwa negara membutuhkan sistem pertahanan yang nyata dan sedang terjadi, baik secara global maupun domestik atau dalam negeri, sehingga penguatan alutsista harus sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini.
"Ancaman ini seperti peretasan, penipuan online, judi online, dan terorisme. Jadi, itu semua butuh perhatian, bukan memutuskan untuk belanja alutsista berdasarkan selera dan preferensi masa lalu, melainkan untuk kebutuhan masa depan," kata Anies.