news
Langganan

Kisah Pulau Hantu dan Awal Mula Lahirnya RSPI Sulianti Saroso Jakarta - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Danang Nur Ihsan  - Espos.id News  -  Kamis, 12 Maret 2020 - 03:00 WIB

ESPOS.ID - Petugas RSPI Sulianti Saroso Jakarta bersiap menangani suspect Covid-19 (Antara).

Esposin, SOLO -- Ada cerita panjang di balik lahirnya Rumah Sakit Pusat Infeksi atau RSPI Sulianti Saroso Jakarta. Rumah sakit itu memang baru berdiri pada 1995, namun jejaknya membentang ratusan tahun khususnya di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Di pengujung abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda menggunakan Pulau Onrust sebagai tempat karantina penyakit menular. Ada barak-barak besar sebagai Sanatorium TBC dan karantina pengidap penyakit menular lainnya bagi warga Kota Batavia dan sekitarnya. Beberapa pasien yang meninggal dan tak diurus keluarganya dimakamkan di sana.

Advertisement

Nisan-nisan tua dan berlumut, tanpa nama, yang berjajar di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, menjadi saksi tentang risiko infeksi kuman penyakit.

Legenda Brasil Ronaldinho Dipenjara, Kasus Apa?

Advertisement

Legenda Brasil Ronaldinho Dipenjara, Kasus Apa?

Awalnya, Pulau Onrust tumbuh menjadi serambi depan Kota Batavia pada abad ke-18. Ada Benteng Bastion yang dilengkapi meriam-meriam besar, dok terapung bagi kapal lintas samudra, gudang, barak prajurit, dan kantor-kantor, masih ada lahan untuk klinik kesehatan.

Para pelaut yang mengidap penyakit menular dikarantina dan dirawat sebelum diizinkan masuk Kota Batavia.

Advertisement

Memasuki abad ke-19, peran Pulau Onrust sebagai serambi Batavia mulai surut. Pemerintah kolonial mencoba membangunnya kembali pada pertengahan abad ke-19. Namun, pamornya tak pernah pulih. Apalagi, gelombang tsunami yang dipicu letusan Gunung Krakatau 1883 merusak segalanya. Kegiatan bisnis di pulau cantik itu pun ditinggalkan. Semua dialihkan ke pelabuhan baru Tanjung Priok.

Akhir Kisah Mobil Hello Kitty Komplotan Pencuri Vs Polisi di Sragen

Ketika itulah, Pulau Onrust yang berhawa segar dijadikan Sanatorium TBC, sekaligus karantina bagi pengidap penyakit menular lainnya. Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, Rabu (11/3/2020), antara 1911-1933, Pulau Onrust dijadikan karantina bagi jemaah haji asal Hindia Belanda. Kapasitasnya 3.500 orang.

Advertisement

Semua jemaah wajib menjalani karantina sebelum berangkat dan sepulang mereka dari Mekah. Setelah karantina haji ditutup, Onrust kosong dan merana bak pulau hantu.

Stasiun Karantina

Memanfaatkan fasilitas yang tersisa, Pemerintah menjadikan Onrust sebagai tempat karantina penyakit menular 1960-1965. Setelahnya, fasilitas digeser ke Pelabuhan Tanjung Priok dan disebut Stasiun Karantina. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal RSPI Sulianti Saroso Jakarta.

Sepanjang 1965-1970, sekitar 2.300 pasien dengan berbagai macam penyakit menular dilayani. Onrust ditinggalkan dan ditetapkan sebagai pulau bersejarah sejak 1972.

Penyakit infeksi tak pernah berhenti menyebar menjadikan stasiun karantina itu ditingkatkan levelnya menjadi rumah sakit karantina dengan lokasi tetap di Tanjung Priok. Namun, fasilitas itu menjadi tetap kurang memadai saat kuman-kuman lama dan baru terus menghantui kesehatan masyarakat. Berjangkitnya virus baru HIV, penyebab AIDS, pun menghentak dunia sejak 1985.

Advertisement

Agus Fatchur Rahman Eks Bupati Sragen Keluar Penjara Bawa Seekor Ayam

Peristiwa itu membuat pemerintah mengambil keputusan membangun rumah sakit baru dengan fasilitas modern untuk penanganan penyakit akibat infeksi. Rumah sakit itu tak hanya memberikan layanan medis, melainkan juga melakukan penelitian dan pengembangan terkait pencegahan serta pengendalian penyakit infeksi yang menular.

Rumah sakit itu pun harus memiliki kapasitas menjadi rujukan nasional sekaligus bisa menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan. Hingga akhirnya lahirlah RSPI Sulianti Saroso. RSPI Sulianti Saroso Jakarta dibangun di atas lahan seluas 3,5 hektare milik Pemprov DKI.

RSPI diresmikan pada 1995 dengan menyematkan nama Profesor Dr. Sulianti Saroso, dokter pejuang, pakar epidemiologi, inisiator program Keluarga Berencana (KB), yang berjuang sejak masa kemerdekaan hingga akhir hayatnya pada 1991.

RSPI Sulianti Saroso dikelola langsung di bawah Kementerian Kesehatan. Sebagai rumah sakit pusat, levelnya sejajar dengan Rumah Sakit Pusat Jantung Harapan Kita, RS Pusat Kanker Dharmais, dan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.

Pilkada Solo: Akhir Saga Gibran & Purnomo Selama 6 Bulan, Siapa Kantongi Rekomendasi PDIP?

Keberadaan RSPI Sulianti Saroso Jakarta cepat dikenal oleh publik karena ia menjadi rujukan utama bagi penyandang HIV/AIDS. Pada dekade berikutnya, RS ini berada di garis depan di tengah ancaman wabah flu burung, flu babi, SARS, MERS, dan kini virus corona atau Covid-19.

Advertisement
Danang Nur Ihsan - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif