by Newswire - Espos.id News - Rabu, 13 Desember 2023 - 19:12 WIB
Esposin, BANDA ACEH — Sejumlah imigran Rohingya yang terdampar di Banda Aceh mengisahkan perjalanannya menentang marabahaya hingga tiba di Serambi Makkah itu.
Abdu Rahman sebenarnya enggan menempuh pelayaran penuh marabahaya yang membuat nyawanya terancam setiap waktu.
Tapi apa daya, pemuda Rohingya berusia 23 tahun itu tak punya pilihan, selain meninggalkan kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh.
"Perjalanan yang benar-benar mengerikan," kata Abdu Rahman, kepada stasiun televisi Australia, ABC, yang mewawancarai dia di Aceh setelah 17 hari mengarungi lautan ganas, dilansir Antara.
"Perjalanan yang benar-benar mengerikan," kata Abdu Rahman, kepada stasiun televisi Australia, ABC, yang mewawancarai dia di Aceh setelah 17 hari mengarungi lautan ganas, dilansir Antara.
Aceh adalah wilayah Indonesia terdekat ke Myanmar. Untuk mencapai Aceh, seseorang harus berlayar sejauh 3.500 km dan mengarungi Laut Benggala dan Laut Andaman.
Sebelum mencapai Aceh, sebenarnya ada Kepulauan Andaman milik India dan pantai barat Thailand serta pantai utara Malaysia.
Abdu dan ratusan Rohingya lainnya sampai kehabisan perbekalan dan harus menunggu hujan turun hanya demi bisa minum.
Dia adalah satu dari ratusan warga Rohingya yang belakangan ini berduyun-duyun mengungsi ke Aceh.
Sebagian warga Aceh sudah tak kuat lagi menampung mereka karena penduduk Aceh juga dihadapkan kepada kesulitan hidupnya sendiri.
Indonesia sebenarnya bukan tujuan Rohingya karena tujuan utamanya adalah Australia. Namun, setelah Australia tak bisa lagi menerima pengungsi Rohingya, tujuan pengungsian pun berubah.
"Mereka larinya ke Indonesia. Maksudnya mau transit, tapi lama-lama jadi tempat tujuan pengungsian, bukan transit," kata Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, beberapa waktu lalu.
Banyak warga Rohingya banting tulang hanya demi mengongkosi perjalanan penuh marabahaya, ke negeri lain, seperti Indonesia.