news
Langganan

Kiprah Rina Wiji Astuti, Jatuh Bangun Perempuan Pimpin Sektor Energi Terbarukan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Afifa Enggar Wulandari  - Espos.id News  -  Senin, 9 September 2024 - 14:07 WIB

ESPOS.ID - Rina (dua dari kiri) saat bicara dalam Focus Group Discussion Assessing the Impact of Business Incubator Services on Business Performance and Impactful Startup Growth in the New Renewable Energy Sector bersama UNS dan BI, Agustus 2024.. (Istimewa).

Esposin, SOLO -- “Permintaan tinggi, barang enggak ada, maka [harga] mahal. Orang hebat itu banyak. Sementara, orang hebat yang doing bisnis dengan cara baik, dan punya hati baik itu yang banyak dicari.”

Hal itu disampaikan oleh Chief Executive Officer (CEO) PT Batex Energi Mandiri, Rina Wiji Astuti, 32, saat ditanya soal pentingnya sentuhan dari hati dalam menjadi pemimpin era sekarang. Rina merupakan chief executive officer (CEO) perusahaan yang fokus pada bidang energi terbarukan.

Advertisement

Khususnya dalam pengembangan baterai litium dan produk turunannya. Sebagai CEO sebuah start up teknologi, Rina memegang kendali atas manajemen bisnis perusahaan. Hal yang seolah tak lazim karena sektor energi terbarukan (renewable energy) biasanya dianggap lekat dengan laki-laki.

Tapi, perempuan asal Sukoharjo itu membuktikan bisa menjalaninya. Meskipun masih dianggap asing dan tak akrab dengan kehidupan masyarakat. Berbeda dengan sektor pendidikan maupun bisnis. “Padahal energi terbarukan adalah masa depan anak cucu,” katanya saat berbincang dengan Esposin, Rabu (4/9/2024) pagi.

Advertisement

Tapi, perempuan asal Sukoharjo itu membuktikan bisa menjalaninya. Meskipun masih dianggap asing dan tak akrab dengan kehidupan masyarakat. Berbeda dengan sektor pendidikan maupun bisnis. “Padahal energi terbarukan adalah masa depan anak cucu,” katanya saat berbincang dengan Esposin, Rabu (4/9/2024) pagi.

Rina anak tunggal yang dibesarkan dalam keluarga pebisnis. Selepas lulus dari SMAN 1 Solo pada 2010, Rina melanjutkan studi S1 Teknik Industri Universitas Sebelas Maret (UNS). Kala itu ia memang harus berkuliah di Solo sebab orang tua tak mengizinkannya merantau.

Tapi bagi Rina, di manapun berada, ia harus pandai memanfaatkan dan mengoptimalkan peluang yang ada. Itu sebabnya saat berkuliah ia sering tergabung dengan sejumlah proyek penelitian di rumpun studi teknik.

Advertisement

Dua tahun setelahnya, para universitas itu diminta membuat satu produk unggulan. UNS memimpin bidang pengembangan baterai litium. Pada saat bersamaan, Rina tengah ikut mata kuliah technopreneur. Dalam technopreneur, Rina harus berpikir tentang bagaimana bisnis produk bermuatan teknologi.

“Waktu itu kami inisiatif untuk [mendirikan] satu unit yang bisa memasarkan produk [baterai] UNS. Lalu saya ditemukan dengan ketua tim riset-nya baterai di UNS, yakni Prof Agus [Agus Purwanto], dan akhirnya terbentuklah PT Batex,” kata dia.

Secara operasional perusahaan PT Batex sudah ada sejak 2015. Pada 2018, ia resmi menjadi Chief Executive Officer (CEO) Batex. Batex kemudian resmi berbentuk perusahaan pada 2020.

Advertisement

“Kami membayar royalti [UNS] bila terjadi proses transaksi bisnis. Hubungannya lisensi royalti UNS dan join production beberapa alat,” katanya.

Publikasi Ilmiah

Rina juga kerap tampil dalam sejumlah diskusi ilmiah tentang energi terbarukan, khususnya baterai. Selanjutnya, tepat pada 2017 ia meraih gelar magister Teknik Industri. Tanggung jawab akademisi sekaligus entrepreneur itu ia lanjutkan sampai hari ini.

Advertisement

Rina menanamkan tiga prinsip agar etos kerja selalu terjaga. Pertama, menekankan pentingnya cerdas secara emosional. Menurutnya dimanapun tempatnya, seseorang harus mampu menempatkan diri. Tahu cara bersikap dan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru.

Dalam konteks perjalanannya memimpin start up, ia lebih banyak dihadapkan pada tantangan baru. Ia harus memikirkan desain sistem serta pengembangan dari awal yang ia sebut dengan babat alas. Hal itu berbeda dengan bekerja di perusahaan besar yang manajemennya sudah terinstal dengan baik.

“Sektor teknologi menarik sekali. Di start up tuh ada-ada aja gitu tantangan setiap hari. Kecerdasan emosional itu tentang bagaimana kita menyikapi segala macam [tantangan tadi],” lanjutnya.

Kedua, pentingnya menjaga integritas. Seorang technopreneur harus punya mutu dan potensi yang memancarkan sikap-sikap pemimpin. Totalitas dalam berkarya juga sangat dibutuhkan dalam memimpin start up. Rina mengibaratkan start up layaknya rumah. Jika pondasi tak kuat, bagaimana rumah itu bisa berdiri tegak dan aman?

Ketiga, kompetitif namun sadar saling membutuhkan. Membangun jaringan seluas-luasnya sangat diperlukan. Rina sadar, pengalaman menjadi asisten peneliti saat berkuliah dulu membawa seorang ibu sepertinya eksis memimpin sebuah perusahaan. “Yang sering dilupakan adalah kepentingan sesaat lalu melupakan etik bisnis yang lain. Penting ditekankan integrity,” katanya.

Advertisement
Ika Yuniati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif