news
Langganan

Khodam Keamanan Data - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Oriza Vilosa  - Espos.id News  -  Jumat, 5 Juli 2024 - 12:55 WIB

ESPOS.ID - Oriza Vilosa (Solopos/Istimewa)

Esposin, SOLO – Hal ihwal serangan ransomeware di Pusat Data Nasional (PDN) dibahas seru di warung angkringan. Pekan lalu, persis saat Kementerian Komunikasi dan Informatika merespons serangan itu, berkembang pula pertanyaan dari para pembeli wedang di angkringan.

”Apa dampaknya kepada masyarakat?” Begitu kira-kira pertanyaan besarnya. Pertanyaan bernada khawatir itu bisa dimaklumi karena data pribadi mereka terekam dan tersimpan di PDN.

Advertisement

Data kartu tanda penduduk, nomor induk kependudukan, nomor pokok wajib pajak, dan sebagainya. Semua data yang berpotensi jatuh kepada pihak yang tak bertanggung jawab pantas dikhawatirkan.

Mayoritas kekhawatiran yang mengemuka  tertuju pada keamanan keuangan. Bagaimana dengan akun atau rekening perbankan yang terhubung ke aplikasi pada gawai? Bisakah saldo rekening di dalamnya nanti berpindah ke rekening lain tanpa diketahui?

Advertisement

Mayoritas kekhawatiran yang mengemuka  tertuju pada keamanan keuangan. Bagaimana dengan akun atau rekening perbankan yang terhubung ke aplikasi pada gawai? Bisakah saldo rekening di dalamnya nanti berpindah ke rekening lain tanpa diketahui?

Data masyarakat berpotensi dibawa ke mana? Merugikan tidak? Pertanyaan itu layak dijawab oleh otoritas terkait. Itu menjadi tanggung jawab mereka bila kelak, semoga tidak, terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Bukankah banyak data kita yang selama ini telah dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab? Misalnya, tiba-tiba ada pesan masuk menawarkan pinjaman daring. Ada penawaran pengumpulan zakat dari nomor tak dikenal.

Advertisement

Dari kasus tersebut, semestinya para pengguna layanan yang terkait dengan jasa komunikasi menyadari bahwa selama ini kita sudah menjadi korban. Sejurus dengan itu, serangan-serangan ransomeware sebelumnya pun membuahkan pencurian data warga.

Hal itu seperti diketahui kala data warga ditawarkan di situs gelap alias darkweb. Coba kita ibaratkan membagi data tentang nama asli, nama pasangan, jumlah anak, hingga di mana tempat tinggal kita.

Jika informasi itu dikuasai oleh penipu, bisa jadi para tetangga dengan mudah dikelabuhi. Taruhlah penipu berpura-pura menjadi tukang servis AC. Rumah calon korban kosong, dan penipu bertemu tetangga calon korban dan mengaku telah mendapat izin dari empunya rumah.

Advertisement

Agar lebih meyakinkan, pelaku menyampaikan data calon korban yang telah ia dapat sebelumnya. Maka, yang terjadi, peluang kepercayaan tetangga calon korban bisa didapat oleh pelaku. Aksi kriminal makin lancar dilakukan.

Sebenarnya kasus seperti itu sudah sering terjadi. Orang mudah percaya kepada orang baru, kepada pihak yang menguasai data. Di ruang digital pun demikian. Para pemilik rekening perbankan dimanipulasi agar mau menuruti skenario penipuan bermodus phising hingga social engineering.

Serangan ransomware ke PDN yang menyebabkan sistem itu runtuh semestinya  mendorong otoritas yang berwajib mengedukasi warga segera bergerak. Mereka semestinya mengamankan pintu terakhir pertahanan para pemilik data.

Advertisement

Detail

Warga butuh ilustrasi yang detail dan jelas tentang bahaya dampak serangan ke PDN. Sosialisasi tentang verifikasi dua langkah terhadap seluruh akun media sosial, surat elektronik, aplikasi perbankan, dn lainnya, sangat strategis disampaikan saat ini.

Instruksi tentang mempertahanankan data diri makin efektif disampaikan saat pemilik data benar-benar sedang merasa terancam. Terlepas dari keamanan data, sikap peduli dan solidaritas warga perlu menjadi bahan perenungan dan refleksi.

Teknologi membuat kita semakin individualis. Berkedok menjanjikan hidup lebih praktis, teknologi telah menggerus peran-peran manusia. Bisa jadi solidaritas antarmanusia makin tipis karena mereka merasa kurang percaya diri bersaing dengan produk teknologi.

Di sisi lain, teknologi dan produk merupakan bagian dari alat manusia dalam meraih tujuan. Indonesia dikenal sebagai pasar yang strategis. Termasuk pasar produk teknologi. Buktinya, gawai-gawai laris terjual.

Aplikasi-aplikasi dalam gawai juga digandrungi. Orang-orang menjadi pengikut tren di ruang-ruang ramai tersebut. Lantas jika keberterimaan warga negeri ini terhadap produk teknologi sudah paripurna, apa tujuan serangan-serangan seperti ransomeware di PDN itu?

Toh, kita tidak kaget saat ada orang lain yang tak dikenal mengetahui data kita. Memangnya masih ada yang memedulikan keamanan data pribadi kita? Saya mendapat jawaban yang mengejutkan dari peserta obrolan dari kalangan anak muda soal pertanyaan tersebut.

”Peduli amat...,” kata salah seorang peserta obrolan. Belakangan viral aplikasi cek khodam atau khadam. Khodam, menurut beberapa versi, adalah makhluk gaib pelindung manusia.

Beberapa gambar seperti macan putih, sosok perempuan berbaju hijau, sering muncul dan dibagikan pengguna aplikasi cek khodam itu. Terus terang saya membayangkan, jika cek khodam digunakan untuk urusan keamanan data, lalu gambar apa yang layak muncul untuk kondisi saat ini?

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 4 Juli 2024. Penulis adalah Manajer Konten Solopos Media Group)

Advertisement
Ichwan Prasetyo - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif