news
Langganan

Jalur Zonasi PPDB 2024 di Solo Ketat, CPD yang Terlempar Diminta Daftar Swasta - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Dhima Wahyu Sejati  - Espos.id News  -  Senin, 1 Juli 2024 - 14:00 WIB

ESPOS.ID - Kasi SMA & SLB Cabdin Pendidikan Wilayah VII Jateng, Edi Purwanto ketika diwawancarai Solopos.com di kantornya, Senin (24/6/2024). Dia menjamin PPDB SMA di Solo berjalan transparan. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Esposin, SOLO—Jalur zonasi tingkat SMA pada pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 di Solo sangat ketat. Rata-rata jarak rumah dengan sekolah tidak sampai dua kilometer. Sebagian calon peserta didik (CPD) yang terlempar, diminta mendaftar ke sekolah swasta.

Kasi SMA & SLB Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Jawa Tengah, Edi Purwanto, mengakui tingkat keketatan jalur zonasi PPDB tingkat SMA di Solo sangat ketat. Menurut dia, ini mengindikasikan banyaknya lulusan SMP di lingkungan sekolah masing-masing.

Advertisement

“Saya juga sempat kaget, kok bisa sampai sebegitu, tapi kalau memang kenyataannya begitu ya kita harus menyadari. Memang berarti di lingkungan setempat itu usia anak sekolah untuk masuk ke jenjang SMA banyak,” kata dia, Senin (1/7/2024).

Dia mengatakan banyak warga yang sempat mengeluhkan terkait ketatnya jarak jalur zonasi tingkat SMA tersebut. Edi menyebut banyak masyarakat yang tidak percaya. Namun, dirinya tidak bisa menjawab sebab hal itu sudah tertera pada data yang ada di laman PPDB Jawa Tengah.

“Kecuali kalau nanti masyarakat menemukan adanya keganjilan. Di lapangan ternyata ada si A sebetulnya jauh tapi kok diterima, nah itu bisa ditindaklanjuti,” kata dia.

Advertisement

Dia mengatakan jika memang dirasa ada indikasi kecurangan, masyarakat bisa melaporkannya ke  Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 7 Jawa Tengah, yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No.1, Kauman, Pasar Kliwon, Solo.

“Dasarnya kan tetap dengan verifikasi letak rumah untuk ditarik titik koordinat ke letak sekolah, dan itu sudah masuk ke sistem. Kemudian terseleksi dan muncul yang diterima atau tidak diterima,” kata dia.

Tidak Semua Bisa Diterima

Advertisement

Edi mengatakan setiap kali PPDB sudah pasti ada yang diterima dan tertolak. Terlebih kapasitas sekolah negeri di Jawa Tengah, terutama tingkat SMA/SMK, belum bisa menyerap semua lulusan SMP sederajat. 

Berdasarkan data yang Esposin, daya tampung kurang lebih sebanyak 225.230 kursi dengan 6.200 rombongan belajar. Jumlah lulusan SMP sederajat tahun ini  kurang lebih sebanyak 541.073.

Itu berarti, ketersediaan daya tampung ini baru mampu menampung sebanyak ± 41,62% dari lulusan SMP/sederajat pada tahun ajaran 2023/2024. Penyediaan daya tampung ini hanya mengalami kenaikan sebesar 0,35%.

“Secara akumulatif, evaluasi PPDB 2023 saja SMA negeri se-Jawa Tengah itu hanya mampu menampung 42%. Artinya ada 58% yang harus sekolah di sekolah swasta, itu yang perlu dipahami,” kata dia.

Maka, dia mengatakan bagi masyarakat yang tidak bisa diterima di sekolah negeri diharapkan mendaftar di sekolah miliki swasta. Menurut dia banyak sekolah swasta yang berkualitas dan bisa dijadikan alternatif pilihan.

“Ya kalau toh tidak bisa sekolah di negeri karena tidak diterima, maka sekolah yang dikelola oleh masyarakat dalam hal ini adalah sekolah swasta bisa menjadi alternatif. Pada prinsipnya negeri dan swasta ini sama. Hanya mungkin kalau negeri gratis, swasta bayar,” kata dia.

Sebelumnya, Berdasarkan data dalam laman ppdb.regionalprov.go.id, yang diakses Esposin, Jumat (28/6/2024) sore, menunjukkan ketatnya persaingan Jalur zonasi. Data tersebut menunjukkan, di Kota Solo, jarak terendah yakni 32 meter yang tercatat di SMAN 3 Solo. Sedangkan jarak tertinggi hanya 1.821 meter yakni di SMAN 6 Solo. 

Lalu jarak rata-rata terendah tercatat di SMAN 7 Solo yakni 381 meter dan rata-rata jarak tertinggi tercatat di SMAN 2 Kota Solo yakni 1.157 meter. Dengan rata-rata jarak yang tidak sampai 2 km itu, para CPD yang jauh dari sekolah bernasib sial, pasalnya mereka sudah pasti terlempar.

Seperti warga yang tinggal di kampung Jetis, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Solo. Sekolah terdekat dari kampung tersebut yakni SMAN 5 Solo dan SMAN 6 Solo, tercatat berdasarkan Google Map, titik koordinat kampung Jetis dengan dua SMA itu berjarak sekitar 3 km.

Warga Jetis, Kadipiro, Banjarsari, Anika Utami, 39, harus merelakan anaknya tidak masuk di SMA negeri. Keinginan untuk sekolah di kotanya sendiri itu datang dari sang anak. Sebagai orang tua dia hanya ingin memfasilitasi kemampuan anak.

Ketika dirinya mendaftar SMAN 5 Solo dan SMAN 6 Solo. Dua sekolah yang bersebelahan itu, adalah sekolah terdekat dari kampungnya. 

“Tapi jarak rumah kita dari sekolah itu 2 km lebih sedikit, nah itu saya cek di hari kedua sudah terlempar, jadi tetangga-tetangga di sini itu sudah pasti tidak bisa masuk SMAN 6, apalagi SMAN 5 yang peminatnya banyak,” kata dia kepada Esposin, Jumat.

Sama seperti Anika, dirinya mendaftarkan sang anak melalui Jalur zonasi di SMAN 5 Solo dan SMAN 6 Solo. Sayangnya tidak satupun dari sekolah tersebut menerima. Padahal berkaca pada tahun lalu, masih ada tetangganya yang berhasil diterima. Akhirnya hingga sekarang anaknya belum mendapatkan sekolah.

“Saya sudah dua kali, sebelumnya anak saya yang masuk SMP juga terbuang, nah ini terbuang juga mungkin ke Boyolali atau Karanganyar. Tapi ini masih hari tenang, besok baru ada lagi konfirmasi lebih lanjut mau diarahkan ke mana,” kata dia.

Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif