by Newswire - Espos.id News - Senin, 17 April 2023 - 14:07 WIB
Esposin, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menggenjot produksi ikan nila sebagai salah satu komoditas utama perikanan budi daya. Si emas hitam ini didorong untuk menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia di pasar global.
Si emas hitam ini memiliki keunggulan seperti toleransi terhadap kondisi lingkungan, kemampuan tumbuh yang baik, dapat dibudidayakan di air tawar maupun payau, memiliki kandungan protein tinggi, serta harga yang bersaing.
Ikan nila saat ini semakin diminati masyarakat, sehingga permintaan pasar meningkat tinggi. Selain untuk konsumsi lokal, permintaan terhadap komoditas ikan nila untuk ekspor terutama dari Amerika Serikat juga tinggi, khususnya dalam bentuk fillet.
“Ikan nila atau emas hitam harus terus menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia di pasar global. Produktivitasnya harus terus kita tingkatkan,” tegas Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, ketika berkunjung ke Balai Besar Perikanan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, belum lama ini.
“Ikan nila atau emas hitam harus terus menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia di pasar global. Produktivitasnya harus terus kita tingkatkan,” tegas Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, ketika berkunjung ke Balai Besar Perikanan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, belum lama ini.
Untuk terus meningkatkan produksi ikan nila, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu menyampaikan bahwa KKP siap memfasilitasi pembudidaya ikan nila seperti dukungan benih dan induk ikan bermutu, pakan ikan mandiri hingga dukungan teknologi dan pelaksanaan sertifikasi CBIB, CPIB, CPPIB, CPOIB dan Monitoring Residu. KKP akan terus mendukung suplai benih berkualitas melalui penataan sistem logistik benih di sentra produksi budidaya.
Salah satu teknologi pembenihan ikan nila yang telah dikuasai oleh UPT DJPB dan telah diadopsi oleh masyarakat pembenih ikan nila di berbagai daerah di Indonesia adalah Recirculation Aquaculture System (RAS) maupun Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT)”, terangnya.
UPT DJPB seperti BBPBAT Sukabumi juga terus melakukan program pemuliaan induk ikan nila melalui seleksi famili, hal ini sebagai langkah konkrit dalam meningkatkan produksi ikan nila nasional. Hasilnya adalah ikan nila yang memiliki kemampuan toleransi pada lingkungan, cepat tumbuh dan mampu beradaptasi dan tahan pada rentang salinitas lebih tinggi (< 20 ppt) atau biasanya disebut dengan ikan nila salin.
“Salah satu inovasinya adalah ikan nila salin yang dapat dibudidayakan dengan memanfaatkan eks tambak yang selama ini tidak berproduksi atau idle akibat menurunnya kualitas lahan”, ujar Tebe.
Tebe menambahkan bahwa salah satu strategi KKP dalam pencapaian peningkatan target produksi ikan nila nasional yaitu melalui program pengembangan budi daya ikan nila berbasis kawasan, program kampung budi daya ikan nila salin dan program kampung budi daya ikan nila air tawar.
Senada dengan Dirjen Tebe, Kepala BBPBAT Sukabumi, Fernando J. Simanjuntak, juga menyampaikan beberapa strain ikan nila yang dibudidayakan di BBPBAT Sukabumi yaitu ikan nila hitam sultana, ikan nila gesit (YY-Supermale), dan ikan nila merah. BBPBAT Sukabumi juga tengah mengembangkan induk ikan nila unggul.
“Kita sedang kembangkan jenis yang mampu beradaptasi dan tahan pada rentang salinitas tinggi, keunggulan kelulushidupan (SR) yang baik, dan ekonomis”, ujarnya.
Sebagai informasi, nilai capaian produksi dan nilai budi daya ikan nila pada tahun 2015 mencapai 1,084 juta ton dengan nilai produksi Rp21,2 triliun. Pada tahun 2021 terjadi peningkatan baik capaian produksi dan nilai budi dayanya yaitu tercapai sebesar 1,30 juta ton dengan nilai produksi mencapai Rp32,350 triliun.