Daniel menambahkan peluncuran buku tersebut juga jauh dari kehendak untuk mendapatkan manfaat politik dari yang ditulis dalam setiap halamannya. "Tidak ada yang hendak dimenangkan atau dikalahkan. Buku ini disusun oleh seseorang yang mencintai buku dan menghormati pengetahuan, lebih dari segalanya," katanya.
Isinya pun, menurut Daniel tidak dimaksudkan menjadi menara gading, berdiri di atas semua kebenaran yang mungkin dimiliki oleh orang lain. Buku ini menawarkan penglihatan seorang SBY terhadap hidup yang ia jalani. "Isinya, menyanding, kadang membanding, bukan menanding," katanya.
Ia menambahkan, mereka yang membacanya tetap boleh membawa penafsiran mereka masing-masing.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jumat (17/1/2014) lalu, meluncurkan buku berjudul Selalu Ada Pilihan setebal 824 halaman di Jakarta Convention Centre. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas itu terbagi atas 4 bagian, dan setiap bagian terdiri atas beberapa artikel.
Buku ini, menurut Presiden, berbagi cerita mengenai pengalamannya dan pandangannya serta berbagai latar belakang kebijakan yang ia putuskan selama hampir sepuluh tahun menjabat. Namun, pengamat politik Boni Hargens menilai buku tersebut sebagai bentuk arogansi Presiden SBY yang telah berkuasa di Indonesia selama 2 periode kepresidenan.