news
Langganan

Hantu Kematian dan Dilema Pelonggaran Pembatasan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Redaksi  - Espos.id News  -  Rabu, 28 Juli 2021 - 23:15 WIB

ESPOS.ID - Proses kremasi dengan pemulasaraan Covid-19 di Krematorium Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (25/7/2021). Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19, jumlah kasus meninggal dunia akibat paparan COVID-19 bertambah sebanyak 1.266 orang sehingga total korban jiwa di Indonesia sebanyak 83.279 orang. (Antara/M. Risyal Hidayat)

Esposin, SOLO -- Tingginya kasus kematian di Indonesia terjadi di tengah pelonggaran aturan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4. Fakta pekan ini jelas bukan pertanda meredanya pandemi.

Selasa (27/2021), Indonesia mencatatkan rekor baru kasus kematian. Pemerintah menyatakan ada 2.069 pasien Covid-19 yang meninggal dunia pada Selasa. Total jumlah kasus kematian pasien Covid-19 yang tercatat di Indonesia sebanyak 86.835 orang.

Advertisement

Pada hari yang sama, pemerintah juga mencatat adanya 45.203 kasus baru Covid-19 di Indonesia. Total akumulasi kasus Covid-19 yang dicatat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak Maret 2020 hingga kini berjumlah 3.239.936 kasus. Sedangkan kasus aktif mencapai 556.281 orang.

Dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus kematian harian di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia. Berdasarkan data di laman worldometers.info, pada Minggu (25/7/2021), kematian akibat Covid-19 di Indonesia bertambah 1.266 kasus. Setelah Indonesia, ada Rusia (779 kematian) dan Brasil (499 kematian.

Advertisement

Dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus kematian harian di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia. Berdasarkan data di laman worldometers.info, pada Minggu (25/7/2021), kematian akibat Covid-19 di Indonesia bertambah 1.266 kasus. Setelah Indonesia, ada Rusia (779 kematian) dan Brasil (499 kematian.

Sedangkan pada Senin (26/7/2021), jumlah kasus kematian Indonesia bertambah 1.487 kasus, jauh lebih tinggi daripada Rusia (727 kematian), Brasil (587 kasus), dan India (418 kasus). Total di seluruh dunia hari itu, jumlah kasus kematian baru di seluruh dunia mencapai 7.420 kasus. Dengan demikian, 20,04% kasus kematian baru di dunia pada Senin berasal dari Indonesia.

Ada Persoalan

Tingginya kasus kematian ini sejalan dengan tingginya kasus aktif di Indonesia. Namun, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Ede Surya Darmawan, menyoroti mengapa kasus kematian di Indonesia lebih tinggi daripada negara lain dengan kasus aktif lebih besar.
Advertisement

Dengan kasus aktif sebanyak itu, kematian harian di AS pada Senin sebanyak 132 orang. Di Inggris kematian harian lebih sedikit lagi, yakni 14. Sedangkan dengan kasus aktif yang lebih rendah, Indonesia memiliki jumlah kasus kematian harian lebih dari 1.000 orang.

“Berarti ada persoalan di pelayanan kesehatan, dalam hal ini di rumah sakit [RS]. Tapi kita mengetahui juga ada banyak kasus meninggal saat isoman. Di RS juga banyak orang yang meninggal. Banyak orang yang punya komorbid, sehingga ketika mendapatkan pelayanan kesehatan sulit [diselamatkan] karena sudah [pemburukannya] progresif, dari sedang menjadi berat dan seterusnya,” kata Ede.

Berikutnya, kata Ede, bisa jadi banyak orang yang menjalani isolasi mandiri secara tidak layak. Artinya, masyarakat menjalani isolasi tanpa pemantauan petugas kesehatan dan tidak siap ketika mengalami pemburukan kondisi.

Advertisement

“Kalau di lokasi wisma [isolasi] kan terhubung dengan pelayanan kesehatan. Banyak yang isoman itu tidak siap. Kalau di rumah, hati-hati. Seharusnya diperiksa kondisi paru-parunya oleh petugas kesehatan, kalau tidak ada masalah maka layak isoman. Tetapi kalau di rumah tanpa dipantau petugas kesehatan, bisa jadi inilah yang menyebabkan kematian pada pasien isolasi mandiri di rumah.”

Kunci di Tracing

Dengan tingginya angka kematian di Indonesia, Ede mengingatkan pentingnya penanganan pandemi secara menyeluruh dari hulu ke hilir. Dengan kapasitas pelayanan kesehatan publik yang terbatas, semestinya penanganan pandemi dimulai dari pencegahan, seperti intervensi pencegahan kerumunan.

“Rangkaian penanganan Covid-19 itu tidak bisa satu-satu. Misalnya dengan pencegahan, dengan menghentikan kerumunan. Jaga jarak, cuci tangan, dan sebagainya, 5M [mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas] harus dilakukan dengan baik,” ujarnya

Hal yang tak kalah penting dalam pencegahan kematian adalah kewajiban pemerintah Indonesia meningkatkan penelusuran kontak (contact tracing). “Kalau sekarang kasus aktifnya itu 500.000, ya setidaknya harus 500.000 tes juga setiap hari.”

Advertisement

Sejalan dengan analisis itu, kasus-kasus kematian pasien isoman atau di luar RS di Indonesia masih bermunculan. Hingga Selasa, jumlah total kematian di luar RS yang terdata oleh Lapor Covid-19 menjadi 2.705 kasus. Sebanyak 1.218 di antaranya berasal dari Ibu Kota karena Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membuka data kematian di luar RS. Sedangkan di provinsi lain tidak ada data dari pemprov setempat.

Di bawah DKI Jakarta, ada Jawa Barat dengan 700 kasus, DI Yogyakarta dengan 307 kasus, dan Jawa Tengah (Jateng) dengan 177 kasus. Di Jateng, data paling besar berasal dari Klaten dengan 98 kasus.

Tak Bisa Masuk RS

Di Bantul, DIY, hingga Senin, total kematian akibat Covid-19 mencapai 890 kasus. Dinas Kesehatan Bantul menyebut mayoritas kasus meninggal itu karena tidak mendapatkan perawatan di RS rujukan.

"Kematian yang terjadi itu kan karena sekarang banyak masyarakat yang bergejala sedang bahkan menuju ke berat. Tetapi tidak bisa mengakses rumah sakit atau fasilitas rumah sakit rujukan yang seharusnya menangani mereka," kata Kepala Dinkes Bantul Agus Budi Raharja di Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC) di Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul, Selasa.

Gus Bud, sapaannya, menyebut banyak pasien di Bantul yang baru mendapatkan perawatan setelah kondisinya memburuk. Bahkan, mayoritas sudah tidak tertolong.

Sebelumnya, Lapor Covid-19 menyebut salah satu penyebab kematian pasien isoman atau di luar RS terkait kelangkaan oksigen di Indonesia. Bahkan karena kondisi itu, YLBHI dan ratusan organisasi masyarakat sipil lainnya melayangkan somasi kepada pemerintah. Stafsus baru Mensesneg, Faldo Maldini, menjelaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah bekerja untuk menangani masalah tersebut.

"Presiden sudah turun langsung terkait masalah ini. Kelangkaan obat sudah dipastikan langsung. Kelangkaan oksigen pun sudah dipastikan langsung. Berbagai instrumen kebijakan sudah dipersiapkan. Keselamatan warga nomor satu," kata Faldo lewat pesan singkat, Selasa.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir disebabkan pasien masuk ke RS dalam kondisi memburuk. “Saya sudah cek dengan banyak direktur utama rumah sakit, penyebabnya telat masuk, saturasinya sudah sangat rendah,” kata Menkes dalam keterangan pers yang ditayangkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin.

Oksigen

Untuk itu, Menkes mengingatkan pentingnya mengukur saturasi oksigen dengan oksimeter, terutama bagi warga yang menjalani isoman di rumah. “Kalau itu [angka saturasi] sudah di bawah 94% segera dibawa ke rumah sakit atau di [tempat] isolasi terpusat. Kalau di atas 94% tidak usah dibawa karena akan memenuhi rumah sakit. Orang yang butuh masuk jadi enggak bisa masuk. Yang penting jangan tunggu sampai turun 80-70 [%] karena merasa sehat,” kata dia.

Agar angka kematian di Indonesia dapat ditekan, dibutuhkan perawatan yang tepat sejak dini. “Di seluruh dunia dari 100 yang sakit [Covid-19], yang masuk rumah sakit cuma 20%, yang wafat mungkin sekitar 1,7%, lebih rendah dari TBC atau HIV. Tapi harus dirawat dengan tepat dan cepat,” ujarnya.

Menkes juga mengatakan pemerintah tengah menyiapkan strategi dalam memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen untuk pasien Covid-19. Salah satunya melalui pengadaan oxygen concentrator.

Menurutnya, seiring lonjakan kasus, terjadi kenaikan kebutuhan oksigen menjadi 2.500 ton per hari. Sementara kapasitas produksi hanya 1.700 ton per hari. "Ini juga sudah ada donasi 17.000 [unit oxygen concentrator] dan mulai berdatangan. Kita rencana sudah beli 20.000 unit yang nanti akan kita distribusikan ke seluruh rumah sakit dengan tempat isolasi," ungkapnya yang dilansir laman Setkab, Selasa.

Budi menjelaskan setiap 1.000 unit oxygen concentrator dapat memproduksi sekitar 20 ton oksigen per hari. Peralatan kesehatan ini juga dapat didistribusikan dengan lebih mudah karena dapat menggantikan tabung-tabung oksigen besar.

Advertisement
Adib Muttaqin Asfar - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif