news
Langganan

GEMPA ACEH: Antara Sistem, Kondisi Alam dan Keberuntungan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by R Bambang Aris Sasangka Jibi Solopos Reuters  - Espos.id News  -  Kamis, 12 April 2012 - 17:23 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Reuters/Olah Grafis: Is Ariyanto)

BANDA ACEH - Sungguh bumi dan langit kondisi saat gempa bumi berkekuatan besar mengguncang kawasan utara Sumatra, khususnya Aceh, Rabu (11/4/2012), dengan situasi pada Desember 2004 silam. Kemarin, sirene melengking, tanda peringatan berbunyi dan masyarakat dengan sigap menjauhi kawasan pantai dan menuju ke tempat yang tinggi.

Kerusakan yang terjadi tak terlalu parah dan gelombang besar yang dikhawatirkan terjadi ternyata tak ada. Ini jelas tak seperti yang terjadi delapan tahun silam saat gelombang demi gelombang yang bak dinding air tinggi menyerbu ke daratan di 13 negara yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Adanya sistem peringatan dan kesigapan masyarakat lari menghindar bisa berarti sistem peringatan dini berskala regional yang dibangun pascabencana tsunami 2004 "lulus ujian." Sistem ini dibangun segera setelah musibah tsunami yang menewaskan total 230.000 orang di kawasan pantai Samudera Hindia, 170.000 orang di antaranya di Aceh dan Sumatra Utara.

Advertisement

Gempa yang terjadi tidak menyebabkan tsunami karena seperti dijelaskan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, pergeseran lempeng yang menyebabkan gempa itu bergerak horizontal.

Meski begitu masih ada yang perlu diperbaiki dalam sistem ini, khususnya yang terkait dengan masyarakat. "Pesan sederhananya, dalam kondisi darurat seperti ini, hampir tak mungkin membuat orang menghindar tepat pada waktunya," ujar Keith Loveard, pimpinan analis risiko pada perusahaan jasa keamanan Concord Consulting di Jakarta. "Sistem peringatan dini tsunami berhasil pada titik tertentu ... Meski kewaspadaan makin meningkat, khususnya dengan pengalaman tahun 2004, hal ini masih perlu ditingkatkan melalui pendidikan umum dan kampanye pemerintah," ujarnya.

Rajiv Biswas, analis ekonomi bidang Asia-Pasifik di IHS Global Insight, menyatakan skala gempa bumi yang baru terjadi Rabu kemarin, yang terjadi setahun lebih sedikit dari musibah gempa dan tsunami yang melanda Jepang, menunjukkan kerentanan kondisi yang dihadapi banyak negara Asia. "Ini makin menegaskan pentingnya peningkatan kerja sama regional untuk memperkuat kemampuan manajemen tanggap darurat," ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
R. Bambang Aris Sasangka - journalist, history and military enthusiast, journalist competency assessor and trainer
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif