news
Langganan

FLUKTUASI DOLAR : Pengusaha Jamin Tidak Ada Rasionalisasi - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Hijriyah Al Wakhidah Jibi Solopos  - Espos.id News  -  Minggu, 1 September 2013 - 07:28 WIB

ESPOS.ID - ilustrasi (JIBI/dok)


Ilustrasi menghitung pecahan uang kertas dolar AS. (Dok/JIBI/Bisnis)

Esposin, SOLO -- Kalangan pelaku usaha dan industri memastikan tidak akan ada rasionalisasi tenaga kerja akibat gejolak ekonomi yang terjadi belakangan ini. Rasionalisasi dinilai membuat beban pengusaha justru menjadi lebih berat.

Advertisement

Bahkan menurut Wakil Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah dan Investasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo, Liliek Setiawan, dengan kekuatan ekonomi Solo yang ada saat ini sangat memungkinkan Solo lebih mampu meminimalisir dampak krisis ekonomi.

“Ketergantungan Solo terhadap barang impor dan pemakaian bahan baku impor kecil. Dan kami prediksi, krisis ini tidak lantas berdampak pada upaya rasionalisasi atau pengurangan tenaga besar-besaran dari kalangan industri,” kata Liliek, saat ditemui Esposin, di Lojigandrung, Solo, akhir pekan kemarin.

Menurut Liliek, meskipun saat ini kalangan industri dihadapkan pada situasu yang sulit akibat penguatan nilai tukar dolar terhadap rupiah, dan tengah mengalami kenaikan biaya produksi hingga 20% karena kenaikan harga sejumlah bahan baku impor, rasionalisasi bukan jalan tengah yang baik. “Rasionalisasi bukan langkah yang mudah. Karena rasionalisasi tidak berbicara pengurangan tenaga kerja satu atau dua orang, tetapi bisa mencapai 25%-50% dari jumlah tenaga kerja yang dimiliki.”

Advertisement

Industri jauh akan lebih dirugikan dengan rasionalisasi dari pada menanggung beban biaya dari kenaikan nilai tukar dolar. “Ya yang bisa kami lakukan hanya bertahan.”

Belum lagi, lanjut Liliek, saat ini Soloraya adalah wilayah tujuan investasi bagi pabrik-pabrik dari daerah Jabodetabek. Tenaga kerja saat ini menjadi aset yang cukup penting di tengah persaingan dunia usaha yang semakin ketat.  “Ini fenomena menarik. Banyak pabrik baru yang saat ini justru sedang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar. Jadi saya kira rasionalisasi tenaga kerja adalah hal yang telalu dini untuk kami pikirkan.

Liliek juga menjelaskan, di Soloraya ini ada  sektor ekonomi yang berkembang dan dinilai mampu menjadi modal bagi ekonomi Solo untuk lebih tahan terhadap dampak krisis. “Jasa dan perdagangan. Karena seperti diketahui, kenaikan dolar ini hanya akan mengekskalakasi produk-produk impor, terutama impor barang mewah. Dan di Soloraya ini barang mewah yang beredar tidak terlalu banyak.”

Advertisement

Hanya saja Liliek menegaskan, bagi pelaku usaha dan sektor riil, kestabilan nilai tukar menjadi hal mutlak. Seberapapun nilai tukar rupiah terhadap dolar, asal itu stabil maka masih diterima.

Advertisement
Tutut Indrawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif